tag:blogger.com,1999:blog-248056712024-03-07T13:29:59.552+07:00Blog @abdulmananArtikel, berita, dan catatan soal isu Jurnalisme, Pertahanan, dan IntelijenAbdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.comBlogger934125tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-49454737092802371612023-05-22T22:10:00.016+07:002023-05-26T08:37:27.943+07:00Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI <p>Kepala Staf TNI AD Jenderal Dudung Abdurachman menjadi pusat perhatian karena bertindak tegas terhadap masa Front Pembela Islam (FPI). Ia kemudian juga sempat bersilang pendapat dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa soal penerimaan taruna Akademi Militer. Pria kelahiran Bandung, 19 November 1965 ini menjelaskan sejumlah hal, mulai soal perubahan kebijakan di TNI AD, konflik bersenjata di Papua dan revisi UU TNI. Baca di Majalah Tempo dalam wawancara <a href="https://majalah.tempo.co/read/wawancara/168874/tni-papua" target="_blank">Saya Mengembalikan TNI AD pada Trahnya</a>. <br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidie5OISgrOrsbthP9YQHJgSolcMC5fv_t2TcmOXg9-MthpkTwVn209GP9jdSJ9L5kh3BzMNvSundvcOOKl4f_trKc9KPljQlReuIuww5UpIFBuBhmYQwL6RPvv3HDdc6jqfyg8oZVl3reVvc4RijlYi_3L1h48TiF9-13j0E-FF4z8gIvAQ/s681/Screenshot%202023-05-25%20221044.jpg" style="clear: left; display: inline; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="436" data-original-width="681" height="410" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidie5OISgrOrsbthP9YQHJgSolcMC5fv_t2TcmOXg9-MthpkTwVn209GP9jdSJ9L5kh3BzMNvSundvcOOKl4f_trKc9KPljQlReuIuww5UpIFBuBhmYQwL6RPvv3HDdc6jqfyg8oZVl3reVvc4RijlYi_3L1h48TiF9-13j0E-FF4z8gIvAQ/w640-h410/Screenshot%202023-05-25%20221044.jpg" width="640" /></a></p><br /><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-89842874820703786942023-05-15T22:23:00.001+07:002023-05-25T22:32:28.335+07:00Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi <p>Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberi sinyal bahwa hubungannya dengan Presiden Jokowi sedang tidak baik-baik saja. Dalam wawancara kepada tim Tempo, bos dari Media Indonesia dan Metro TV ini menjelaskan alasan yang kemungkinan menjadi penyebab renggangnya hubungan tersebut dan bagaimana nasib NasDem dalam koalisi penyokong pemerintah. Wawancaranya bisa dibaca di rubrik wawancara Majalah Tempo dengan judul <a href="https://majalah.tempo.co/read/wawancara/168819/hubungan-surya-paloh-jokowi">Saya Siap Berseberangan</a>. <br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ceXUlyYFHOiwAgNV6vaehawM65gMH7_oorThfGdL6R49Pkl5UNJ08lkBqwJY1mk2cvCpARE6mY9bNY7RJvY4t-H-qXttojjN4i-JfNKvqgO5QrTnw4NuWWmPW_hx4kmgaJaJ9TZvzTB3KbvJluEIfmJKyIQbAub5XdCRWLpyBmLECgkYVA/s684/Screenshot%202023-05-25%20222302.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="415" data-original-width="684" height="388" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ceXUlyYFHOiwAgNV6vaehawM65gMH7_oorThfGdL6R49Pkl5UNJ08lkBqwJY1mk2cvCpARE6mY9bNY7RJvY4t-H-qXttojjN4i-JfNKvqgO5QrTnw4NuWWmPW_hx4kmgaJaJ9TZvzTB3KbvJluEIfmJKyIQbAub5XdCRWLpyBmLECgkYVA/w640-h388/Screenshot%202023-05-25%20222302.jpg" width="640" /></a></p><br />Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-572742171558343832023-04-17T22:37:00.001+07:002023-05-25T22:43:56.870+07:00Sukidi soal Al Quran, Akal dan Campur Tangan Negara <p>Pemikir Islam Sukidi memperoleh gelar doktor soal tafsir Al Quran dari Universitas Harvard, Amerika Serikat. Ia mengaku lebih melihat Islam di Amerika daripada Indonesia meski populasi Muslimnya jauh lebih kecil. Sukidi juga menyampaikan pandangannya Al Quran tidak menyediakan semua jawaban atas masalah yang dihadapi manusia namun menegaskan tentang pentingnya manusia menggunakan akal. Wawancara lengkap bisa dibaca di Majalah Tempo dengan judul <a href="https://majalah.tempo.co/read/wawancara/168624/pembaruan-tafsir-quran" target="_blank">Quran Tidak Menyediakan Jawaban Atas Semua Masalah</a>. <br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcn_QBZZdalGcppqdS0h9b6K_G2weASSWGW4bRaF52b5mA4_i0Mdy7EhTNBYakX9iBGy6D_vcBs3eAnpBO-hUxfYJamjtK8Tt_xvC2B--TP6qJo_hfJ2izxSMbfmgRHHPs1gaiHX5z6zCxdoGeDdTwDEZ1-t595m2OPmrImZTljP9Lg7Ml-g/s686/Screenshot%202023-05-25%20223628.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="424" data-original-width="686" height="396" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcn_QBZZdalGcppqdS0h9b6K_G2weASSWGW4bRaF52b5mA4_i0Mdy7EhTNBYakX9iBGy6D_vcBs3eAnpBO-hUxfYJamjtK8Tt_xvC2B--TP6qJo_hfJ2izxSMbfmgRHHPs1gaiHX5z6zCxdoGeDdTwDEZ1-t595m2OPmrImZTljP9Lg7Ml-g/w640-h396/Screenshot%202023-05-25%20223628.jpg" width="640" /></a></div><br /><p><br /></p>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-29121631823053165292021-11-13T19:20:00.019+07:002023-05-24T19:31:08.854+07:00Beda Hitung Ihwal Deforestasi<p>PRESIDEN Joko Widodo berpidato dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26) di Glasgow, Skotlandia, 1 November lalu, selama sekitar empat menit. Menggunakan bahasa Indonesia, Presiden Jokowi antara lain mengatakan Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan krisis iklim, dari keberhasilan menekan kebakaran hutan hingga turunnya deforestasi. Pada 2020, ujar Jokowi, deforestasi turun menjadi 115 ribu hektare, terendah dalam 20 tahun terakhir. <span></span></p><a name='more'></a><p></p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3j8NTAsgfUJyA-yvDt6WKpz31LvizviYBA6grIdkvn1P3NHUtPv0uv52qsUIk5Mym8-rg5PlTcus_7uSy4JhjGbaSkg_k5wIl8FEeX6tXkICTFs99otoMoxao-mMpqHg5VJVAnZJr8lQ_Ygt7dRwXtzbx7fayGKVn7G3I4O8tDsJ-0S6GiOA/s1024/Foto%20Ulet%20Ifansasti%20-%20Greenpeace.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="683" data-original-width="1024" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3j8NTAsgfUJyA-yvDt6WKpz31LvizviYBA6grIdkvn1P3NHUtPv0uv52qsUIk5Mym8-rg5PlTcus_7uSy4JhjGbaSkg_k5wIl8FEeX6tXkICTFs99otoMoxao-mMpqHg5VJVAnZJr8lQ_Ygt7dRwXtzbx7fayGKVn7G3I4O8tDsJ-0S6GiOA/w640-h426/Foto%20Ulet%20Ifansasti%20-%20Greenpeace.jpg" width="640" /></a></div><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Foto: Ulet Ifansasti - Greenpeace<br /><br />Pidato yang terdiri atas 299 kata itu memicu pertanyaan aktivis lingkungan Indonesia yang ikut dalam perhelatan di Glasgow ataupun yang melihat perkembangan konferensi iklim itu dari Jakarta. Aktivis lingkungan yang terdiri atas Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Greenpeace Indonesia, dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar konferensi pers secara daring bertajuk “Tanggapan atas Pidato Presiden Jokowi pada COP26”, Rabu, 3 November lalu.<br /><br />Selain menyoal sikap Indonesia yang dinilai tak ambisius, hal lain yang dikritik adalah perihal deforestasi. Hilangnya hutan akibat beralih fungsi ini menjadi salah satu topik penting karena deforestasi menyumbang signifikan bagi lepasnya emisi gas rumah kaca, yang membuat suhu bumi memanas. Sesuai dengan Perjanjian Paris, Indonesia dan 190 negara lain berkomitmen menjaga kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius pada 2100.<br /><br />Greenpeace, dalam siaran pers pada Selasa, 2 November lalu, mempertanyakan klaim penurunan angka deforestasi itu. Menurut data lembaga lingkungan internasional ini, deforestasi di Indonesia sebenarnya secara rata-rata justru meningkat. Pada 2003-2011 terjadi setidaknya deforestasi sebesar 2,45 juta hektare. Bandingkan dengan periode 2011-2019 yang jumlahnya mencapai 4,8 juta hektare. Padahal Indonesia sudah berkomitmen untuk menekan laju deforestasi.<br /><br />Kalaupun ada penurunan data deforestasi pada periode 2019-2020, menurut Greenpeace, itu tidak lepas dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan aktivitas pembukaan lahan terhambat. Organisasi lingkungan yang berdiri pada 1971 dan berkantor pusat di Amsterdam, Belanda, ini menilai, selama hutan alam tersisa masih dibiarkan ada dalam area konsesi, deforestasi di masa depan akan tetap tinggi.<br /><br />Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Agung Ruandha Sugardiman, ketika dihubungi pada Kamis, 11 November lalu, hanya membagikan pernyataannya ke media online tiga hari sebelumnya. Menurut Agung, data deforestasi yang disampaikan presiden itu didasari perhitungan berbasis sains serta diversifikasi dengan peninjauan lapangan. “Apakah salah kalau Presiden mengatakan ini terendah selama 20 tahun terakhir ini?”<br /><br />Koalisi masyarakat sipil, termasuk Greenpeace, tak hanya menyoal angka deforestasi. Data kebakaran hutan yang diklaim turun 82 persen pada 2020 pun dipertanyakan. Menurut Greenpeace, penurunan luas kebakaran hutan dan lahan pada 2020 jika dibandingkan pada 2019 yang mencapai 296.942 hektare ini luasnya setara dengan empat kali wilayah DKI Jakarta. Selain itu, penurunan itu disebabkan fenomena La Nina dan bukan sepenuhnya hasil upaya langsung pemerintah.<br /><br />Polemik deforestasi ini mendorong Forest Watch Indonesia (FWI) melakukan analisis. Menurut Direktur Eksekutif FWI Mufti Barri, data deforestasi yang dimiliki lembaganya terbatas sampai 2017. FWI menghitung deforestasi dengan melihat tutupan hutan dari hasil analisis citra satelit dan membandingkannya dengan data tahun sebelumnya. Soal besaran per tahunnya dihitung dengan menggunakan rata-rata.<br /><br />Mufti memberi contoh deforestasi pada kurun 2000-2009. Pada 2000, luas tutupan hutan ditaksir sekitar 106 juta hektare dan menjadi 88 juta hektare pada 2009. Jumlah luas tutupan hutan pada 2009 dibanding pada 2000 itulah yang kemudian dibagi per tahun. Hasilnya, pada 2000-2009, ditaksir ada deforestasi sekitar 1,4 juta hektare per tahun.<br /><br />Cara yang sama juga dilakukan untuk menghitung data tahun berikutnya. Pada 2009-2013, tercatat ada deforestasi rata-rata 1,1 juta hektare per tahun, lalu 2013-2017 ada kenaikan menjadi 1,4 juta hektare per tahun. “Melihat data itu, secara aktual deforestasi masih tinggi,” ujarnya, Selasa, 9 November lalu.<br /><br />Jikapun satu-dua tahun ini deforestasinya berkurang, kata Mufti, mungkin karena faktor pandemi. Wabah yang dipicu oleh virus SARS-CoV-2 ini menyebabkan aktivitas pabrik atau usaha pengelolaan kayu yang banyak terdapat di Jawa, seperti di Gresik dan Semarang, berkurang. “Itu berdampak pada berkurangnya permintaan kayu,” tuturnya.<br /><br />Salah satu yang mungkin membuat data deforestasi antara pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat lingkungan berbeda adalah penghitungannya. Menurut Mufti, pemerintah juga menghitung reforestasi—penanaman kembali hutan yang dirusak—dan itu berdampak pada jumlah tutupan hutan. Apalagi kalau daerah itu berubah menjadi area hutan tanaman industri, atau sawit, yang jelas berbeda dengan hutan. “Kami tidak menghitung reforestasi. Dari citra satelit itu kelihatan bukan hutan alam,” katanya.<br /><br />Mufti menambahkan, emisi karbon yang dilepas dari deforestasi jauh dari lebih besar daripada yang diserap oleh kegiatan reforestasi, meski luasnya sama. “Misalnya kita menebang hutan 100 hektare, dan menanam pohon sejenis 100 hektare juga, itu berbeda kemampuannya dalam menyerap karbon,” ujarnya.<br /><br />Kalau pemerintah berkomitmen mengatasi perubahan iklim di sektor lahan dan hutan, Mufti menjelaskan, angka deforestasi harus ditekan. Pada saat yang sama rehabilitasi juga tetap harus dilakukan kalau menginginkan net sink pada 2030. “Izin-izin juga dihentikan,” ucapnya. Agung Ruandha Sugardiman tak menjawab saat dimintai komentar soal apakah ada faktor perbedaan penghitungan yang menyebabkan perbedaan data deforestasi tersebut.<br /><br />Indonesia ikut menandatangani Deklarasi Pemimpin di Glasgow tentang Pemanfaatan Lahan dan Hutan pada Selasa, 2 November lalu. Deklarasi ini merupakan komitmen untuk menghentikan dan memulihkan hutan dan degradasi lahan pada 2030. Sehari kemudian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mencuit di akun Twitter-nya, deklarasi itu pemaksaan terhadap Indonesia untuk nol deforestasi pada 2030.<br /><br />Menurut Siti, memaksa Indonesia untuk nol deforestasi pada 2030 jelas tidak tepat dan tidak adil. Sebab, setiap negara memiliki masalah kunci sendiri dan ada kewajiban konstitusi untuk melindungi rakyatnya. Ia menyebut Kalimantan dan Sumatera yang terdapat banyak jalan terputus karena harus melewati kawasan hutan. Padahal ada lebih dari 34 ribu desa di kawasan hutan dan sekitarnya. “Kalau konsepnya tidak ada deforestasi, berarti tidak boleh ada jalan. Lalu bagaimana dengan masyarakatnya, apakah mereka harus terisolasi?” tulis Siti, Rabu, 3 November lalu.<br /><br />Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, mengatakan memang pembangunan infrastruktur juga menyebabkan deforestasi. Namun, kalau melihat alokasi izin untuk pembangunan infrastruktur, jumlahnya kecil, yaitu sekitar 10 persen. Adapun sekitar 90 persen lain adalah untuk pertambangan. “Jadi tidak nyambung argumentasinya,” katanya, Kamis, 11 November lalu.<br /><br />Selain soal pemanfaatan, yang juga tak boleh diabaikan adalah besarannya. Ketua tim kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas, mengatakan deforestasi pada periode Presiden Jokowi selama lima tahun, pada 2015-2020, sekitar 2,13 juta hektare, yang setara dengan 3,5 kali luas Pulau Bali. Bandingkan dengan deforestasi selama 11 tahun pada 2003-2014 di dua pemerintahan sebelumnya yang mencapai 4,19 juta hektare. “Dengan statistik seperti itu, apakah ini layak disebut penurunan signifikan?” ujarnya, Sabtu, 13 November lalu.<br /><br />Majalah Tempo edisi 13 November 2021<p></p>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/14670110535915931887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-50707836631779607132020-03-02T00:49:00.000+07:002020-10-28T00:49:29.554+07:00Gempa Seusai CoronaJAM sudah menunjukkan pukul 11.00 pada 10 Februari lalu. Haoran dan Sisi, laki-laki dan perempuan usia pertengahan 20 tahun, masih berada di kamar mereka di Kota Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan, Cina. Haoran masih di bawah selimut, mengotak-atik telepon seluler Huawei-nya. Pacarnya, Sisi, duduk bersila di lantai dan berfokus pada laptop. Ketika MarketWatch bertanya tentang apa yang mereka lakukan, keduanya menjawab serempak, “Bekerja.”<span><a name='more'></a></span><br />Perusahaan Cina seharusnya kembali beroperasi sejak awal Februari lalu seusai liburan Imlek selama sepekan, yang berakhir pada 30 Januari. Namun wabah virus corona baru, Covid-19, mengubah semuanya. Hingga 20 Februari, korban yang terinfeksi di Cina sebanyak 74.680 orang dan meninggal 2.122 orang. Di luar Cina, 1.096 orang terinfeksi di 25 negara dan 8 orang meninggal.<br /><br />Untuk mencegah penyebaran virus itu, sejumlah perusahaan memperpanjang masa libur atau meminta karyawannya bekerja dari rumah. Kalaupun kantornya beroperasi, karyawan harus mengikuti prosedur kesehatan yang ketat. Di Sichuan, tempat Haoran dan Sisi tinggal, Covid-19 telah menginfeksi 520 orang dan membuat 3 orang meninggal.<br /><br />Korban terbanyak virus itu berada di Provinsi Hubei, dengan 62.031 orang terinfeksi dan 2.029 orang meninggal. Pemerintah Hubei meminta perusahaan tidak beroperasi sebelum 10 Maret. Ketentuan ini tidak berlaku untuk perusahaan yang diperlukan buat pengendalian wabah, fasilitas publik, dan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat.<br /><br />Saat virus corona merebak di Wuhan, ibu kota Hubei, pada Januari lalu, pemerintah mengisolasi kota itu dengan membatasi orang bepergian serta menghentikan kereta api, bus, dan angkutan umum lain. Pembatasan serupa dilakukan di kota lain saat virus menyebar ke hampir seluruh provinsi itu.<br /><br />Menurut New York Times, dampak terhadap pabrik sebenarnya cukup terbatas karena wabah itu berlangsung selama Imlek. Banyak kegiatan bisnis tutup selama liburan dan ratusan juta pekerja mudik ke perdesaan. Saat korban corona terus bertambah, pemerintah memperpanjang masa liburan agar masyarakat tetap berada di rumah. Banyak area industri utama, termasuk Shanghai, Suzhou, dan Provinsi Guangdong, memperpanjang masa libur.<br /><br />Wabah corona telah menghanguskan keuntungan dari industri pariwisata dan perhotelan Cina. Hotel dan restoran yang biasanya penuh dengan pesta pora jadi kosong. Konser dan acara olahraga dibatalkan. IMAX, perusahaan film layar lebar yang berbasis di Toronto, Kanada, menunda peluncuran lima film yang hendak diputar selama liburan.<br /><br />Maskapai penerbangan internasional, termasuk American Airlines, Delta Airlines, United Airlines, Lufthansa, dan British Airways, telah membatalkan penerbangan ke Cina. Dengan terbatasnya penerbangan dan pembatasan kesehatan masyarakat, operasi perusahaan multinasional di negara itu juga terhambat.<br /><br />Bank-bank besar, termasuk Goldman Sachs dan JPMorgan Chase, mengarahkan karyawannya untuk tinggal di rumah selama dua pekan.<br /><br />General Motors, yang tahun lalu menjual lebih banyak mobil di Cina daripada di Amerika Serikat, menutup pabrik-pabriknya di Negeri Panda setidaknya untuk sepekan atas permintaan pemerintah. Ford Motor juga meminta manajernya di Cina bekerja dari rumah sementara pabrik-pabriknya tidak beroperasi.<br /><br />Huang Qifan, Wakil Ketua Komite Urusan Keuangan dan Ekonomi Kongres Rakyat Nasional, memperingatkan bahwa dampak corona “lebih menakutkan daripada wabah itu sendiri”. “Jika pemerintah tidak bertindak, sejumlah besar perusahaan manufaktur kecil dan menengah akan hancur,” kata mantan Wali Kota Chongqing itu, seperti dikutip Asia Times.<br /><br />Huang juga menyoroti sektor jasa yang rentan terkena dampak jangka panjang. Industri pariwisata Cina menyumbang lebih dari 11 persen produk domestik bruto pada 2017. “Jumlah orang yang langsung dan tidak langsung bekerja di industri ini melebihi 100 juta. Jika sektor ini sangat terpukul, pengangguran akan meningkat dan memperberat tekanan pada stabilitas sosial di seluruh masyarakat,” dia menambahkan.<br /><br />Presiden Cina Xi Jinping menyadari bahaya itu. Menurut Reuters, dalam rapat Komite Partai Komunis Cina pada 3 Februari lalu, Xi memperingatkan para pejabat tingginya bahwa upaya pengendalian virus yang terlalu jauh bisa mengancam ekonomi. Menurut kantor berita Xinhua, Xi meminta komite partai dan pemerintah di semua tingkatan mencapai target pembangunan ekonomi dan sosial pada tahun ini.<br /><br />Wabah corona telah menekan pertumbuhan ekonomi Cina. Perkiraan konservatif dari perusahaan konsultan Oxford Economics menyebutkan pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini akan merosot menjadi 5,6 persen, turun dari 6,1 persen pada tahun lalu. Tapi faktor penting yang harus dihitung adalah berapa lama pemerintah dapat mengendalikan virus ini. “Ekonomi Cina mungkin akan berkontraksi tajam pada kuartal pertama sebagai akibat dari langkah-langkah yang telah diambil untuk membatasi penyebaran virus,” ujar Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics, lembaga riset berbasis di London.<br /><br />Ini memang bukan krisis virus pertama yang dihadapi Cina. Sebelumnya ada wabah sindrom pernapasan akut (SARS), yang pertama kali muncul di Provinsi Guangdong sebelum menyebar ke negara-negara lain. SARS merenggut 800 nyawa di seluruh dunia dan memangkas 0,5-1 poin persentase dari pertumbuhan Cina pada 2003.<br /><br />Namun Covid-19 menghantam Cina pada saat perekonomian negara itu tumbuh lebih besar dan terkoneksi lebih luas dengan dunia. Setiap ada tekanan pada pertumbuhan Cina akan memukul ekonomi global lebih keras dari sebelumnya. Menurut taksiran New York Times, tekanan terhadap ekonomi Cina akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global 0,2 persen ke tingkat 2,3 persen, laju paling lambat sejak krisis keuangan global satu dekade lalu.<br /><br />Sejak 2003, Cina tumbuh dari ekonomi terbesar keenam di dunia menjadi terbesar kedua di belakang Amerika Serikat. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan Cina sendiri menyumbang 39 persen dari ekspansi ekonomi global pada 2019.<br /><br />Taimur Baig, kepala ekonom dan direktur pelaksana untuk penelitian kelompok di bank DBS, mengatakan seluruh dunia bahkan tidak memperhatikan ketika pertumbuhan Cina melambat sekitar 1 poin persentase seusai wabah SARS. “Sekarang Cina menyumbang hampir seperlima dari pertumbuhan global. Perlambatan ekonomi Cina setengah persen saja akan menjadi gempa bumi,” kata Baig kepada CNBC.<br /><br />Pengeluaran konsumen yang lebih rendah juga akan menekan industri jasa Cina, yang hari ini menyumbang bagian lebih besar dari produk domestik bruto negara itu dibanding pada 2003. Itu juga berarti akan menghambat ekonomi Cina dan dunia. Konsumen Cina menghabiskan banyak uang di luar negeri. Sejak 2014, menurut Organisasi Pariwisata Dunia, Cina menjadi negara sumber terbesar pengeluaran pariwisata internasional, naik dari posisi ketujuh pada 2003.<br /><br />Larangan perjalanan dan pembatalan penerbangan oleh maskapai internasional akan berdampak pada sektor pariwisata Cina di luar negeri. Itu ancaman bagi banyak ekonomi, terutama di Asia, menurut Kelvin Tay, kepala investasi regional di UBS Global Wealth Management. “Jika Anda melihat Asia, sektor pariwisata Cina menjadi bagian lebih besar dari ekonomi untuk hampir semua negara,” ucapnya kepada CNBC.<div><br />Selain itu, dampaknya akan terasa di Eropa. Dari jalan-jalan di Paris ke kilang anggur Burgundy, jumlah wisatawan Cina tampak menurun sejak Beijing melarang tur kelompok di luar negeri pada 27 Januari lalu. Ketakutan meningkat setelah seorang turis Cina berusia 80 tahun meninggal karena virus corona di sebuah rumah sakit di Paris, 15 Februari lalu.<br /><br />Banyaknya negara yang membatasi perjalanan ke dan dari Cina membuat wisatawan Cina menghilang dari Eropa. Di beberapa tempat, penyebaran virus juga berdampak buruk pada wisatawan dari negara lain. “Orang tidak ingin berada di kereta atau pesawat atau pergi ke konferensi,” kata Alberto Corti dari Confcommercio, asosiasi bisnis terkemuka di Italia.<br /><br />Meskipun pertumbuhan wisatawan Cina di Eropa meningkat pesat, jumlahnya relatif kecil dibanding wisatawan Eropa atau Amerika. Museum Louvre, misalnya, kata juru bicaranya, Sophie Grange, tidak mengalami penurunan jumlah pengunjung sejak awal wabah. Tahun lalu turis Cina adalah pengunjung Louvre terbanyak kedua setelah warga Amerika.<br /><br />Namun operator tur membatalkan pemesanan 3.000 kamar di sekitar 40 hotel di Dijon, kota favorit kedua turis Cina setelah Paris. Di Jerman, tempat wisatawan Cina menyumbang sekitar 3 persen pengunjung, dilaporkan ada pembatalan tur kelompok dan penurunan jumlah wisatawan. Di Füssen, dekat Kastil Neuschwanstein, pemesanan kamar orang Cina di EuroParkHotel International telah dibatalkan hingga paruh pertama April.<br /><br />Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), selain wisata, pengaruh besar Cina terhadap dunia adalah perdagangan. Meningkatnya permintaan di Cina, menurut Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menjadikan negara itu sebagai importir terbesar kedua di dunia sejak 2009. Cina adalah importir komoditas terbesar, seperti minyak, bijih besi, dan kedelai, serta komponen elektronik, seperti sirkuit terpadu. Permintaan barang-barang itu bisa merosot seiring dengan perlambatan ekonomi Cina.<br /><br />Wabah ini juga dapat mempengaruhi ekonomi global melalui ekspor Cina. Negara itu menjadi eksportir top dunia sejak 2009, naik dari posisi keempat pada 2003. “Jepang dan Vietnam memiliki ketergantungan yang sangat besar pada rantai pasokan Cina,” kata Taimur Baig. Mereka mengimpor bahan dan suku cadang dari Cina untuk membuat produk sendiri.<br /><br />Tekanan ekonomi ini, cepat atau lambat, juga akan berdampak pada politik dalam negeri Cina. Menurut Asia Times, Xi Jinping memberhentikan kader-kader partainya di Wuhan. Jiang Chaoliang, Sekretaris Partai Komunis di Hubei, dipecat dan digantikan oleh Wali kota Shanghai Ying Yong. Ma Guoqiang, Ketua Partai Komunis di Wuhan, mengalami nasib serupa.<br /><br />Akademikus Yuen Yuen Ang dari University of Michigan menyimpulkan bahwa politik dan pemerintahan Cina tidak akan sama meski wabah ini nanti bisa ditangani. “Xi tidak dapat menghindari kesalahan atas serangan balasan terhadap kebijakan domestiknya yang ketat dan tindakan keras di luar negeri yang sudah mulai mengurangi dukungan terhadapnya bahkan sebelum wabah ini,” ujarnya.<br /><br />ABDUL MANAN (GUARDIAN, CNBC, NEW YORK TIMES, SHINE, ASIA TIMES)<br /><br />Majalah Tempo, 1 Maret 2020</div>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-62679279375521407832019-10-21T23:58:00.001+07:002020-10-28T00:01:12.578+07:00Bibit-bibit Perpecahan di BosniaISMET Vraaalica, warga Pediše, Kota Sokolac, Bosnia-Herzegovina, hanya bisa menatap pasrah garasi dan dua mobil di halaman belakang rumahnya yang ludes terbakar pada 17 Januari 2018. "Saya berhubungan baik dengan semua tetangga. Saya tidak tahu siapa yang bisa melakukan ini," katanya seperti dilansir media Bosnia, Fokus.ba.<span><a name='more'></a></span><br />Nedzad Herceglija, pengungsi Bosnia di Bjelogorci, Rogatica, mengaku diserang tetangganya dengan kapak. Peristiwa pada 27 Juni 2018 itu merupakan serangan ketiga terhadapnya dari orang yang tinggal dekat dengannya. Herceglija menduga motif serangan itu tak lain membuatnya meninggalkan desanya.<br /><br />Peristiwa yang menimpa mereka adalah contoh berbagai bentuk prasangka buruk terhadap Islam atau islamofobia yang kembali muncul di Bosnia-Herzegovina. Tren merisaukan ini tertuang dalam laporan European Islamophobia Report 2018 yang dirilis lembaga penelitian Yayasan untuk Riset Politik, Ekonomi, dan Sosial (SETA), yang berbasis di Turki, pada 21 September 2019.<br /><br />Laporan itu tak hanya memuat gejala islamofobia di Bosnia, tapi juga di Uni Eropa. Sebagian besar negara di Benua Biru mencatat naiknya jumlah tindakan tak bersahabat terhadap umat Islam. Di Austria terdapat 540 kasus pada 2018, naik dari 309 kasus pada 2017. Di Prancis terjadi 676 kasus, naik signifikan dibanding 446 kasus pada 2017. Di Belanda, kasus serupa tercatat sebesar 91 persen dari total 151 insiden.<br /><br />Menurut penulis laporan tentang situasi di Bosnia, Hikmet Karcic, bentuk islamofobia itu beragam, dari serangan fisik, pernyataan politik, hingga berita media. "Sebagian besar serangan ditujukan kepada pengungsi Bosnia yang kembali ke Republika Srpska dan di wilayah-wilayah yang mayoritas penduduknya kelompok etnis Kroasia," ujarnya.<br /><br />Bosnia-Herzegovina dulu bagian dari negara Yugoslavia bersama Serbia, Kroasia, Makedonia, Montenegro, dan Slovenia. Yugoslavia pecah setelah meninggalnya Presiden Josip Broz Tito pada 4 Mei 1980. Perang Bosnia dimulai pada 1992 di negara dengan populasi multietnis: Bosniaks (muslim Bosnia), Serbia, dan Kroasia. Perang itu menyebabkan kematian sekitar 100 ribu warga sipil dan tentara, ribuan orang mengungsi, serta genosida (pemusnahan etnis) terhadap setidaknya 25 ribu muslim Bosnia.<br /><br />Ketiga kelompok tersebut terlibat dalam perang sampai akhirnya pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) turun tangan dan kesepakatan damai tercapai di Dayton, Ohio, Amerika Serikat, pada 1995. Perjanjian itu menyepakati berdirinya Bosnia-Herzegovina, yang lazim disebut Bosnia saja, yang terdiri atas Republika Srpska di kawasan utara dan timur serta Federasi Bosnia-Herzegovina di wilayah barat dan tengah. Ibu kotanya Sarajevo.<br /><br />Seusai perang Bosnia hingga 2017, diperkirakan 13 pengungsi Bosnia terbunuh dan 20 lainnya terluka dalam kasus kejahatan terkait dengan kebencian berbasis agama di Srpska. Tapi, "Tidak ada satu pun pembunuhan yang dibawa ke meja hijau," kata Karcic.<br /><br />Selain serangan fisik, Karcic menambahkan, kasus yang meningkat pada 2018 adalah pernyataan provokatif para politikus lokal dan regional. Mereka menyebut Bosnia sebagai tempat persembunyian kelompok muslim radikal. Beberapa pernyataan berbahaya itu disampaikan Milorad Dodik.<br /><br />Dodik adalah pemimpin partai Aliansi Sosial Demokrat Independen (SNSD). Sesuai dengan hasil pemilihan umum Oktober 2018, Dodik menjadi satu dari tiga presiden kolektif wakil kelompok Bosnia-Serbia. Dua lainnya adalah Šefik Džaferovic, pemimpin Partai untuk Aksi Demokratik (SDA), yang mewakili Bosniak, dan Željko Komšic, pemimpin Uni Demokratik Kroasia (HDZ), sebagai wakil orang Kroasia.<br /><br />Menurut Euronews, Dodik dikenal luas sebagai tokoh pro-Rusia dan Serbia. Sesudah dilantik sebagai presiden pada 20 November 2018, ia mengatakan, "Saya tidak punya alasan untuk mengubah apa pun. Saya orang Serbia. Saya lebih mencintai Serbia daripada Bosnia. Bosnia hanya tempat saya bekerja.” Pidato itu disiarkan situs N1. The Atlantic membuat artikel tentangnya pada 9 Januari 2019 dengan judul "Presiden yang Ingin Memecah Negerinya Sendiri".<br /><br />Menurut laporan European Islamophobia Report 2018, ada beberapa pernyataan Dodik yang dikategorikan sebagai islamofobia. Salah satunya saat ia tampil dalam sebuah acara televisi Serbia. Dia menyatakan, “Para imam di Bosnia yang membacakan azan itu seperti orang melolong.” Pada 23 Juni 2018, media memuat pernyataannya yang menuding politikus Bosniak dan Badan Intelijen Bosnia berencana membawa 150 ribu imigran ke negara itu serta memberi mereka kewarganegaraan. Pada awal September tahun ini, ia juga menuding SDA ingin mendirikan negara Islam dan menerapkan syariat Islam.<br /><br />Pernyataan Dodik itu disampaikan tatkala gelombang besar pengungsi membanjiri Eropa. Sekurangnya 25 ribu pengungsi dari Suriah, Pakistan, Aljazair, dan tempat lain melalui negara ini pada 2018. Mereka menuju Kroasia dan berharap mencapai negara-negara Uni Eropa lain.<br /><br />Kedatangan para pengungsi ini memicu kekhawatiran akan adanya perubahan drastis demografi di negara itu. Menurut sensus terakhir Bosnia pada 2013, warga muslim mengisi 50,11 persen populasi, Kristen Ortodoks 31 persen, dan Katolik 15 persen.<br /><br />Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic pernah mengeluarkan "peringatan" serupa. Dalam acara bincang-bincang Good Morning Serbia pada Juni 2018, ia mengatakan, "(Bosniaks) menunggu untuk melewati 50 persen (populasi) sehingga mereka dapat menciptakan negara Islam pertama di tengah Eropa.”<br /><br />Pernyataan-pernyataan ini muncul hampir bersamaan dengan terbitnya aspirasi pemisahan diri dari Bosnia, baik oleh orang Serbia maupun Kroasia. Selama ini Dodik juga dikenal luas mengadvokasi Republika Srpska, yang didominasi warga Serbia, untuk memisahkan diri dan bergabung dengan negara Serbia.<br /><br />Pada akhir Juli 2019, Jerusalem Post melaporkan, dalam pertemuan dengan Presiden Israel Reuven Rivlin di Yerusalem, Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic mengklaim Bosnia berada di bawah kendali "Islam militan" karena kedatangan pengungsi dan migran. Pernyataan itu memicu kemarahan masyarakat di Bosnia. Dia kemudian membantah kabar bahwa ia membuat klaim tersebut.<br /><br />Heather Conley dan Matthew Melino dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional, yang berbasis di Washington, DC, menilai etnonasionalisme Kroasia sedang diarahkan pada orang-orang Bosnia melalui kegagalan Bosnia sebagai sebuah negara. Pernyataan Grabar-Kitarovic itu, kata dia, bertujuan "memperdalam narasi bahwa ada kebutuhan yang makin besar untuk menciptakan entitas Kroasia yang terpisah di Bosnia".<br /><br />Pada 2017, media Kroasia juga pernah melaporkan bahwa kantor Grabar-Kitarovic menuding Bosnia menyembunyikan "5.000 Salafi, yang bersama 10 ribu pendukung mereka, dengan retorika dan niat yang sangat radikal". Setahun sebelumnya, dia menyebutkan adanya "Islamisme radikal" dan beberapa ribu pejuang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kembali ke Bosnia.<br /><br />Menteri Keamanan Bosnia Dragan Mektic mengaku tidak tahu dari mana asal-muasal jumlah orang Salafi seperti yang disebut Kroasia itu. Menurut data resmi yang dikutip dalam laporan Komisi Eropa 2016, sebanyak 188 pria dan 61 wanita diyakini telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak dari Bosnia antara 2012 dan 2015.<br /><br />Tahun lalu, legislator Kroasia, Marijana Petir, menyatakan keprihatinannya di Parlemen Eropa dengan menyebutkan "radikalisasi" terjadi di Bosnia karena dana yang diduga dikirim dari Arab Saudi, Turki, dan negara-negara Islam lain. "Pejuang asing kembali ke permukiman Wahabi yang telah tumbuh tepat di sepanjang perbatasan Kroasia, meradikalisasi populasi muslim di Bosnia," ucapnya.<br /><br />Hikmet Karcic dalam wawancara dengan Al Jazeera mengungkapkan, pernyataan-pernyataan provokatif tersebut bertujuan menyulut aspirasi nasionalisme orang-orang Kroasia terhadap Bosnia. "Dengan menunjukkan Bosnia sebagai negara yang tidak stabil, mereka mencari pembenaran pada masa depan dengan kemungkinan pemisahan wilayah mayoritas Kroasia dari Bosnia," tuturnya.<br /><br />Abdul Manan (Al Jazeera, Balkan Insight, Euronews, Sarajevo Times)<br /><br />Majalah Tempo, Edisi 20 Oktober 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-90018362060262804262019-10-14T00:21:00.002+07:002020-10-28T00:22:48.434+07:00Dua Janji untuk RakhinePEMERINTAH Myanmar baru saja menghadapi dua sidang penting mengenai Rohingya, yakni di Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss; dan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat. Menteri dari Kantor Penasihat Negara Myanmar U Kyaw Tint Swe berjanji menyelesaikan masalah dalam negerinya dengan menggelar pengadilan militer atas kasus kekerasan terhadap Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Mereka juga akan bekerja sama dengan Bangladesh untuk memulangkan kaum Rohingya di luar negeri.<span><a name='more'></a></span><br />Dewan Hak Asasi Manusia PBB telah membentuk tim pencari fakta di Myanmar untuk menyelidiki kasus genosida terhadap Rohingya. Tim yang dipimpin Marzuki Darusman itu sudah melaporkan hasil kerjanya kepada Dewan serta menyatakan bukti kejahatan genosida sudah sangat memadai dan cukup untuk mendakwa Panglima Militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing beserta lima jenderal lain. Tahap selanjutnya adalah memutuskan mekanisme pengadilan.<br /><br />Swe menolak pilihan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk kasus ini. Menurut Swe, Myanmar bukan pihak dalam Mahkamah. Selain itu, kata dia, sudah ada penyelidikan oleh militer yang menunjukkan pengadilan militer akan segera diadakan.<br /><br />"Myanmar tidak menentang pertanggungjawaban atas kesalahan apa pun terkait dengan banyaknya orang yang mengungsi ke Bangladesh," ujar Swe dalam debat umum sesi ke-74 Majelis Umum PBB di New York, Sabtu, 28 September lalu. Badan internasional mana pun, menurut dia, "Tidak memiliki yurisdiksi atas dugaan kejahatan di negara kami."<br /><br />Menurut Reuters, militer Myanmar memang mempersiapkan pengadilan militer menyusul adanya penyelidikan kuburan massal di Rakhine. Laporan Associated Press pada Februari 2018 menyebutkan setidaknya ada lima kuburan massal Rohingya di Desa Gu Dar Pyin. Pemerintah mengatakan kuburan itu memuat mayat teroris, bukan warga sipil. Di situs web militer Myanmar tertulis bahwa penyelidikan yang mereka lakukan menemukan ada "kelemahan dalam mengikuti instruksi" di Gu Dar Pyin dan pengadilan militer akan "dilanjutkan sesuai dengan prosedur".<br /><br />Kyaw Tint Swe juga berjanji menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya melalui kerja sama dengan Bangladesh dan PBB. Myanmar ingin ada solusi jangka panjang dan praktis untuk memulangkan lebih-kurang 740 ribu orang Rohingya. "Prioritas kami sekarang mempercepat repatriasi dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi mereka yang kembali setelah diverifikasi."<br /><br />Swe mengatakan setiap pengungsi Rohingya di Bangladesh akan diberi kartu identitas setelah kembali, entah kartu kewarganegaraan entah "kartu verifikasi nasional" bagi yang belum memenuhi syarat menjadi warga negara. Ia beralasan, Myanmar telah menegaskan bahwa banyak orang Rohingya yang datang dari tempat lain dan bukan warga negaranya.<br /><br />Bangladesh memperingatkan dampaknya secara regional jika masalah ini tak segera selesai. Krisis itu, kata Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, melampaui kamp-kamp tempat sebagian besar pengungsi tinggal. Bangladesh juga akan membangun pagar kawat berduri di sekitar lebih dari 30 kamp pengungsi untuk menghentikan ekspansi mereka. "Kami memikul beban krisis yang merupakan akibat dari tindakan Myanmar sendiri," ucap Hasina.<br /><br />Solusi yang ditawarkan Naypyitaw untuk memulangkan warga Rohingya tak cukup meyakinkan bagi tim pencari fakta. Saat ini masih ada sekitar 500 ribu orang Rohingya di Myanmar dan mereka bermukim di kamp-kamp. Mereka pun tak bisa mengakses pendidikan atau perawatan kesehatan dan mencari nafkah serta tetap menjadi sasaran undang-undang kewarganegaraan yang diskriminatif.<br /><br />Menurut anggota panel tim, Christopher Sidoti, masih dibatasinya akses warga Rohingya terhadap pelayanan dasar, seperti pendidikan, merupakan salah satu unsur kejahatan kemanusiaan terhadap Rohingya yang belum berakhir di Rakhine. Dengan keadaan seperti ini, kata Marzuki, hampir satu juta pengungsi Rohingya hampir mustahil kembali dari Bangladesh. "Tidak ada tempat yang aman dan layak bagi mereka untuk kembali. Tanah dan desa Rohingya telah dihancurkan, dibersihkan, disita, dan sudah ada bangunan di atasnya," ujarnya.<br /><br />Abdul Manan (Reuters, ABC News)<br /><br />Majalah Tempo, 13 Oktober 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-863959098682459322019-09-09T00:33:00.002+07:002020-10-28T00:36:22.722+07:00Gadis Demonstran dari VoskresenskMENGENAKAN rompi pelindung, Olga Misik, 17 tahun, terlihat duduk di depan polisi anti-huru-hara Rusia, 27 Juli lalu. Ia memegang Konstitusi Rusia dan membacakannya di depan polisi bersenjata yang ada di sekitarnya. Di belakang aparat keamanan itu, tampak para demonstran menyerukan tuntutan pemilihan umum yang adil dan transparan dalam pemilihan Dewan Kota (Duma) Moskow, September mendatang.<span><a name='more'></a></span><br />Foto Olga saat membaca konstitusi itu tersebar luas dengan cepat dan menjadi simbol baru gerakan prodemokrasi Rusia. Orang membandingkannya dengan “Tank Man”, sebutan untuk pemuda yang berdiri di depan tank yang hendak membubarkan unjuk rasa di Lapangan Tiananmen, Beijing, Juni 1989.<br /><br /><div>Kota Moskow diguncang demonstrasi besar sejak awal Juli lalu sebagai protes atas pembatalan sejumlah kandidat independen dalam pemilihan Dewan Kota Moskow. Pemilihan yang akan dilaksanakan pada 8 September itu memilih 45 orang. Pejabat pemilihan, yang loyal kepada Presiden Vladimir Putin, menuduh para kandidat oposisi gagal mengumpulkan tanda tangan asli sebagai syarat pendaftaran calon.<br /><br />Menurut regulasi Rusia, calon independen harus mengumpulkan sekitar 5.000 tanda tangan dari warga kota untuk bisa mencalonkan diri dalam pemilihan lokal Moskow. Semua kandidat mengaku sudah memenuhi syarat itu, tapi Komisi Pemilihan mengatakan ada beberapa tanda tangan itu palsu atau pemiliknya sudah mati. Beberapa kandidat oposisi yang registrasinya tidak diterima antara lain Dmitry Gudkov, pemimpin oposisi; Ivan Zhdanov, direktur Anti-Corruption Foundation; Konstantinas Jankauskas, wakil Distrik Kota Zyuzino; dan Lyubov Sobol, tokoh publik dan pengacara Anti-Corruption Foundation.<br /><br />Sebagian tokoh oposisi tak bisa ikut demonstrasi yang diikuti Olga Misik itu karena keburu ditangkap polisi beberapa hari sebelumnya. Alexei Navalny, misalnya. Ia keburu dicokok polisi saat meninggalkan rumahnya di Moskow, Rabu, 24 Juli lalu, atau tiga hari sebelum demonstrasi. Ia kemudian diadili secara cepat dan dihukum 30 hari penjara karena menyerukan agar warga ikut berdemonstrasi yang tidak berizin itu.<br /><br />Dalam demonstrasi itu, polisi menangkap setidaknya 1.300 orang, termasuk Ivan Zhdanov, Lyubov Sobol, dan Dmitry Gudkov. Namun hal itu tak menghentikan rakyat untuk kembali berunjuk rasa pada 10 Agustus. Sekitar 50 ribu orang turun ke jalan dipimpin sejumlah tokoh oposisi. Menurut Moscow Times, demonstrasi itu merupakan yang terbesar sejak aksi massa serupa oleh oposisi pada 2011-2013, saat menuntut pemilihan umum yang jujur di ibu kota Rusia ini.<br /><br />***<br /><br />OLGA Misik, remaja yang namanya tiba-tiba melejit, berasal dari Voskresensk, kota yang terletak sekitar 90 kilometer tenggara Kota Moskow. Jumlah penduduknya sekitar 93 ribu orang. Dalam wawancara dengan media Rusia, Meduza, Olga tak menyebut apa pekerjaan orang tuanya. Ia hanya menyatakan ibunya melarangnya ikut berdemonstrasi karena takut akan akibatnya. Ayahnya adalah pemuja Vladimir Putin dan Joseph Stalin (pemimpin Uni Soviet 1924-1953) dan menganggap mereka penguasa terbaik. Selain itu, ia membenci pengunjuk rasa.<br /><br />Untuk ukuran Rusia, Olga tak seperti remaja pada umumnya. Ia sudah ikut berdemonstrasi saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Aksi turun ke jalan pertama yang diikutinya pada 9 September 2018 ketika ada pawai menentang reformasi usia pensiun. Saat itu, terjadi gelombang unjuk rasa di sejumlah tempat untuk menolak dinaikkannya masa usia pensiun, dari 55 ke 60 tahun untuk perempuan dan dari 60 ke 65 tahun untuk laki-laki.<br /><br />Remaja yang ikut berdemonstrasi juga berisiko. Jika bergabung dalam unjuk rasa yang tak mendapat izin aparat keamanan, demonstran bisa ditangkap dan ditahan sampai dua hari. Guru sekolahnya, kata Olga, tak melarangnya. “Saya belajar dengan sangat baik dan lulus dari sekolah dengan baik. Karena itu, para guru mempercayai saya. Karena tahu saya pergi ke demonstrasi, mereka hanya meminta saya lebih berhati-hati,” katanya.<br /><br />Pengalaman pertamanya ditangkap polisi pada Juni 2019, saat ia ikut berdemonstrasi mendukung Ivan Golunov. Golunov adalah jurnalis investigasi yang bekerja untuk sejumlah media, termasuk Meduza. Salah satu obyek investigasinya adalah pendapatan keluarga Wakil Wali Kota Moskow. Polisi menangkap pria 36 tahun itu pada 7 Juni lalu karena dugaan kepemilikan sabu. Pendukung Golunov menyebut kasus ini sebagai rekayasa polisi.<br /><br />Penangkapan ini memicu aksi solidaritas dari sesama jurnalis serta protes dari masyarakat sipil dan tokoh oposisi. Bahkan ada wartawan yang memberi solidaritas dengan berdemonstrasi seorang diri, unjuk rasa yang tak memerlukan izin polisi. Salah satu demonstrasi besar untuk mendukung Gulanov pecah pada 12 Juni lalu.<br /><br />Karena tak mendapatkan izin, demonstrasi itu berakhir dengan penangkapan oleh polisi. Salah satu yang ditangkap adalah Alexei Navalny, pemimpin oposisi yang pernah berusaha menantang Vladimir Putin sebagai calon presiden pada pemilihan umum 2018. Namun protes dan dukungan publik luas membuat Gulaov dibebaskan dari tahanan polisi pada 11 Juni. Pengadilan hanya mengenakannya tahanan rumah.<br /><br />Setelah itu, Olga ikut kampanye memprotes pencoretan kandidat independen dalam pemilihan Duma Moskow. Ia mulai terlibat dengan ikut membagikan pamflet di Lapangan Trubnaya. Selebaran tersebut menyatakan bahwa para kandidat dari partai oposisi dan kubu independen itu dikeluarkan secara ilegal. Salah satu pamflet itu dibuat oleh Unlimited Protest, markas tim pemenangan Lyubov Sobol. Olga mengaku mendukung semua kandidat oposisi, tapi Sobol adalah salah satu favoritnya.<br /><br />Saat membagikan pamflet, ia sempat didatangi polisi. Karena tak ada pelanggaran yang dilakukan, mereka lantas pergi. Namun, pada 26 Juli lalu, polisi datang, memotret selebarannya, dan membawanya ke kantor polisi. Salah satu polisi penangkapnya bernama Oreshin. Olga berusaha mempertanyakan alasan penangkapan, tapi diabaikan. Setelah ditahan selama tiga jam, ia dibebaskan.<br /><br />Penangkapan itu tak membuat Olga jera. Ia kembali ikut turun ke jalan keesokan harinya. Awalnya ia datang bersama dua temannya di Jalan Tverskaya, sekitar pukul 14.05. Tak berselang lama, mereka berpencar. Tapi semua jalan diblokade. Ia berusaha keluar melalui sebuah melalui halaman, tapi pintu keluarnya ditutup. Di dekatnya berkumpul massa demonstran.<br /><br />Sekitar pukul 15.00, Olga mendekati barisan pertama polisi anti-huru-hara dan kemudian membaca dengan keras Pasal 31 Konstitusi Rusia, yang isinya menyatakan bahwa berkumpul itu sah. “Saya mencoba menunjukkan Konstitusi itu kepada polisi anti-huru-hara dan saya menunggu mereka memberi perintah untuk menahan saya,” tuturnya. Para demonstran yang melihat tindakan berani Olga itu bertepuk tangan dan menyemangatinya membaca isinya lebih banyak.<br /><br />Sekitar pukul 16.50, kerumunan massa bubar. Orang-orang pergi ke arah yang berlawanan, Olga pergi ke arah polisi anti-huru-hara dan bertanya apakah ia bisa lewat karena hendak ke stasiun metro Pushkinskaya. Polisi mempersilakannya. Ia pun melintasi gedung Kementerian Pendidikan, lalu Balai Kota. Setelah berjalan sekitar 500 meter, Olga ditangkap polisi. Ada kemungkinan polisi mengenalinya dari Indefinite, salah satu logo para pemrotes, di baju yang dikenakannya. Mereka memasukkan Olga ke truk polisi bersama 21 tahanan lain. Di sana, dia bertemu dengan Oreshin. “Kamu lagi,” kata polisi yang menangkap Olga sehari sebelumnya.<br /><br />Menurut Olga, polisi menyita semua barang pribadi orang yang ditangkap dan menutup jendela kendaraan, yang membuat para tahanan kesulitan bernapas. Saat itu, ada dua tahanan menderita asma. Mereka yang tidak mau menyerahkan telepon selulernya didorong ke lantai truk dan dibawa pergi dengan paksa. Beberapa orang tampak dipukuli. Polisi sengaja merokok di dalam gerbong sehingga membuat udara pengap. Sekitar dua jam kemudian, mereka tiba di kantor polisi. Olga baru dibebaskan pukul 4 pagi keesokan harinya.<br /><br />Olga punya alasan terlibat demonstrasi di Moskow. “Pemilihan Duma Moskow tidak benar-benar menjadi perhatian saya. Tapi ketidakadilan selalu mempengaruhi setiap orang,” ujar mahasiswa jurusan jurnalisme di Moscow State University itu. “Hari ini terjadi di Duma Kota Moskow, besok gubernur, seminggu kemudian Kepala Distrik Voskresensky. Ini hanya masalah waktu.”<br /><br />ABDUL MANAN (MEDUZA, RUSSIALIST, REUTERS)<br /><br />Majalah Tempo, 8 September 2019</div>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-56278336526355984952019-08-12T00:02:00.003+07:002020-10-28T00:04:38.284+07:00Buron dari PunjabHAFIZ Muhammad Sayid sudah lama masuk daftar orang paling dicari di dunia. Pemimpin organisasi amal Jamaat-ud-Dawa dan salah satu pendiri Lashkar-e-Taiba itu dituduh terlibat dalam sejumlah serangan teror dan pengeboman di Mumbai, India, pada 2008, yang menewaskan 160 orang. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memasukkan namanya ke daftar hitam. Amerika Serikat menawarkan imbalan US$ 10 juta atas informasi yang membantu penangkapannya.<span><a name='more'></a></span><br />Tapi Sayid sangatlah licin. Pemerintah Pakistan sudah menangkap dia setidaknya tujuh kali pada 2001-2018 karena sejumlah kasus, tapi pengadilan selalu membebaskannya karena kekurangan bukti.<br /><br />Upaya hukum terbaru dilakukan di bawah Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada 3 Juli lalu. Polisi Punjab mengajukan 23 tuntutan ke pengadilan terhadap Sayid dan 13 pemimpin Jamaat-ud-Dawa atas tuduhan ikut membiayai terorisme. Sayid akhirnya ditangkap pada 17 Juli lalu, tiga hari sebelum Khan melawat ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Presiden Donald Trump. Personel Departemen Penanggulangan Terorisme Kepolisian Punjab menangkapnya saat ia dalam perjalanan dari Lahore menuju Gujranwala.<br /><br />Trump memuji penangkapan tersebut. "Setelah sepuluh tahun pencarian, yang disebut 'dalang' serangan Mumbai telah ditangkap di Pakistan," tulisnya di Twitter. India menyebut penangkapan ini sebagai "drama" dan "kosmetik politik" semata. Washington Post menilai pernyataan Trump itu memalukan, kalau bukan tragis. Sayid tidak bisa disebut "ditemukan" karena dia berada di dekat Lahore dan jauh dari kesan bersembunyi.<br /><br />***<br /><br />HAFIZ Muhammad Sayid lahir dari keluarga konservatif di Sargodha, Punjab, 5 Juni 1950. Keluarganya berasal dari Shimla, Pakistan, yang kini masuk wilayah India. Sebanyak 36 anggota keluarganya diduga dibunuh dalam perjalanan mereka dari Shimla menuju Lahore ketika wilayah bekas koloni Inggris itu dipisahkan menjadi dua negara, India dan Pakistan, pada 1947.<br /><br />Menurut Hindustan Times, keluarga Sayid punya reputasi sebagai ahli agama. Sayid dikenal sebagai ahli fikih. Lompatan besar dalam hidupnya terjadi saat Presiden Pakistan Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq menunjuknya sebagai anggota Dewan Ideologi Islam dan kemudian pengajar studi Islam di University of Engineering and Technology, Lahore.<br /><br />Pada 1980-an, Sayid dikirim kampusnya studi ke Arab Saudi. Setelah itu, dia memegang dua gelar master dari University of Punjab dan King Saud University. Di Saudi, dia bertemu dengan sejumlah ulama yang ambil bagian dalam perang di Afganistan. Itulah yang mengilhami langkahnya mendukung para mujahidin mengusir Uni Soviet dari negeri tersebut. Menurut Dewan Keamanan PBB, perjalanan Sayid ke Afganistan itu bertujuan mendapat pelatihan sebagai milisi.<br /><br />Pada 1987, Sayid bersama Abdullah Azzam, salah satu pendiri Al-Qaidah, mendirikan Markaz Dawa-Wal-Irshad. Organisasi inilah yang kemudian melahirkan Lashkar-e-Taiba pada 1990 dengan bantuan Badan Intelijen Pakistan. Target utama operasi Lashkar adalah negara bagian India, Jammu dan Kashmir.<br /><br />Sayid berurusan dengan aparat keamanan setelah lima teroris bersenjata menyerbu gedung parlemen India pada 13 Desember 2001. Serangan ini menewaskan 14 orang. India menuding Lashkar sebagai pelakunya. Buntutnya, Pakistan menahan Sayid pada 21 Desember 2001-31 Maret 2002, tapi kemudian ia dibebaskan pengadilan karena minimnya bukti. Ia sempat ditahan lagi setelahnya, tapi lalu hanya dikenai sanksi tahanan rumah.<br /><br />Sayid kembali ditangkap setelah terjadi pengeboman di kereta api Mumbai pada 11 Juli 2006. India menuding Lashkar sebagai pelaku serangan yang menewaskan 209 orang itu. Pakistan meresponsnya dengan menangkap Sayid pada 9 Agustus 2006 dan menjadikannya tahanan rumah. Tapi, pada 28 Agustus 2006, lagi-lagi pengadilan membebaskannya. Pada hari saat ia dibebaskan, polisi kembali menangkapnya. Namun pengadilan sekali lagi membebaskannya dua bulan kemudian.<br /><br />Nama Sayid menjadi sorotan internasional setelah terjadi serangan terkoordinasi di beberapa lokasi di Mumbai pada 26 November 2008 yang menewaskan setidaknya 160 warga sipil, termasuk enam warga Amerika Serikat. India menuding Lashkar sebagai pelakunya dan meminta Pakistan mengekstradisi Sayid. Namun ekstradisi tak pernah terjadi karena kedua negara tak punya perjanjian itu.<br /><br />India lantas mengirim permintaan kepada Dewan Keamanan PBB untuk memasukkan Sayid dan organisasi amalnya, Jamaat-ud-Dawa, ke daftar hitam. India menyebut organisasi itu sebagai samaran Lashkar-e-Taiba. Permintaan ini disetujui PBB pada 2008. Dengan penetapan tersebut, Sayid dikenai larangan bepergian dan asetnya di seluruh dunia bisa dibekukan.<br /><br />Sayid membantah tudingan kepadanya. "Tidak ada orang Lashkar-e-Taiba di Jamaat-ud-Dawa dan saya belum pernah menjadi kepala Lashkar-e-Taiba," katanya. Polisi lalu menetapkan status tahanan rumah terhadapnya karena kasus Mumbai itu. Tapi Pengadilan Tinggi Lahore menganggap penahanannya tidak sah dan memerintahkan pembebasannya pada 2009.<br /><br />Pada 25 Agustus 2009, Interpol mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Sayid atas permintaan India. Sebulan berikutnya, Sayid dijadikan tahanan rumah lagi. Namun kasusnya kandas setelah Pengadilan Tinggi Lahore membatalkan tuntutan pidana terhadap dia karena tidak cukup bukti dan menyatakan Jamaat-ud-Dawa bukanlah organisasi terlarang.<br /><br />Putusan pengadilan itu tak lantas membuat Sayid bebas. Pada Mei 2011, India menerbitkan daftar 50 buron paling dicari yang bersembunyi di Pakistan. Nama Sayid ada di daftar itu. Tekanan terhadap Pakistan kian besar setelah Amerika memasukkan Laskhar dan Sayid ke daftar hitam serta menjanjikan hadiah uang atas informasi yang membantu penangkapannya.<br /><br />Tekanan terhadap Pakistan juga datang dari Financial Action Task Force (FATV), kelompok 39 negara yang mengawasi pendanaan aktivitas terorisme. Mereka memasukkan Pakistan ke kategori abu-abu karena menilai hukum atau implementasi hukum negara itu dalam mengendalikan pendanaan teror kurang baik.<br /><br />Sayid tak menunjukkan sikap waswas. Wartawan New York Times, Declan Walsh, pada Februari 2013 menulis bahwa Sayid "menjalani kehidupannya secara terbuka, dan tampaknya tanpa rasa takut, di lingkungan kelas menengah" di Pakistan.<br /><br />Tekanan terhadap Sayid lebih besar ketika Pakistan membuat rencana aksi nasional melawan terorisme pada Januari 2015 dan menyatakan Jamaat-ud-Dawa sebagai organisasi terlarang. Sayid bergeming dan melanjutkan kegiatannya di bawah bendera Tehreek-e-Azadi-Jammu & Kashmir. Pemerintah pun melarang organisasi baru ini pada September 2017.<br /><br />FATF prihatin melihat situasi Pakistan dan memberikan tenggat pada Oktober tahun ini untuk memperbaiki kinerjanya atau akan memasukkan negeri itu ke daftar hitam. Maka terjadilah penangkapan Sayid pada 17 Juli lalu.<br /><br />Prabhash K. Dutta, dalam India Today, mengatakan Pakistan berharap penangkapan ini membantu mencegah negara itu masuk daftar hitam, yang akan memperburuk ekonomi negeri berpenduduk 204 juta jiwa tersebut. Imran Khan dinilai berusaha memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat, yang sudah menangguhkan bantuan militernya senilai US$ 300 juta ke Pakistan.<br /><br />Tapi Sayid bergeming. "Ini godaan sementara para pemimpin Pakistan untuk menipu Amerika. Setelah mereka mengamankan satu pon daging mereka, urusan akan kembali seperti biasa," ucapnya dalam ceramah salat Jumat sebelum penangkapannya.<br /><br />Abdul Manan (NDTV, Pakistan Today, India Today)<br /><br />Majalah Tempo, edisi 11 Agustus 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-63317938579456787772019-07-29T17:23:00.003+07:002020-10-27T17:26:42.478+07:00Ambisi Sang Putri SaudiSUATU hari, Putri Rima binti Bandar bin Sultan bin Abdulaziz al-Saud menjadi pembicara dalam sebuah forum bisnis di Los Angeles, Amerika Serikat. Sang moderator memperkenalkannya: “Dia datang dari sebuah negeri tempat perempuan tak bisa menyopir, tak bisa ke luar rumah, tak bisa ke restoran, tak bisa bersosialisasi, tak bisa… tak bisa….” Lalu moderator bertanya kepada Rima: “Jadi bagaimana rasanya (hidup seperti itu)?”<span><a name='more'></a></span><br />“Pertama-tama, saya perlu mengoreksi Anda,” kata Rima seperti dituturkannya kepada Fast Company. “Semua yang Anda katakan tentang kehidupan di Arab Saudi itu salah kecuali satu hal: kami tak bisa mengemudi. (Tapi) kami berjalan-jalan, saya pergi bekerja, saya punya karyawan. Kami masyarakat yang sangat dinamis. Apakah kehidupan kami akan lebih kaya jika kami dapat bermobil? Seratus persen ya, tapi juga ekonomi kami.”<br /><br />Begitulah pandangan Putri Rima, pengusaha, aktivis sosial, orang tua tunggal, dan anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi. Perempuan Arab yang namanya meroket setelah diangkat Wakil Raja Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman, pemimpin de facto kerajaan itu, sebagai Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat, Februari lalu.<br /><br />Rima tiba di Washington pada 3 Juli lalu dan keesokan harinya langsung menyambangi kantor Departemen Luar Negeri Amerika untuk menyerahkan salinan surat kepercayaan sebagai Duta Besar Saudi. Pekan berikutnya, ia menyampaikan surat itu kepada Presiden Donald Trump dan bertemu dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.<br /><br />“Kemitraan Saudi-Amerika sangat penting untuk kepentingan kedua negara dan menyatakan keyakinan bahwa keduanya mampu mengatasi setiap tantangan di tingkat regional atau global,” tutur Rima, yang menduduki pos Duta Besar Arab Saudi menggantikan Khalid bin Salman, putra bungsu Raja Salman yang ditarik pulang ke Riyadh ketika skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pecah pada Oktober 2018.<br /><br />Rima dianggap sebagai figur yang pas untuk jabatan tersebut. Dia dikenal sebagai pembela hak-hak perempuan dan berasal dari keluarga diplomat. Ia juga dinilai memahami Amerika karena pernah lama tinggal di Negeri Abang Sam.<br /><br />Tapi tugas Rima akan sulit mengingat situasi politik Amerika saat ini. Trump memang sangat mendukung Saudi, tapi pendapat masyarakat dan banyak politikus Washington justru mengkritik Riyadh karena sejumlah hal, dari kasus pembunuhan Khashoggi, perlakuan negara kerajaan itu terhadap aktivis perempuan, sampai keterlibatannya dalam perang Yaman.<br /><br />---<br /><br />RIMA binti Bandar al-Saud lahir di Riyadh pada 1975. Ayahnya Pangeran Bandar bin Sultan. Ibunya Ratu Haifa binti Faisal. Pangeran Bandar adalah anggota keluarga Saud yang menjadi Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat 1983-2005 dan memimpin Badan Intelijen Saudi selama 2012-2014. Pamannya, Saud al-Faisal, Menteri Luar Negeri Saudi terkemuka dan paling lama bertugas (1975-2015).<br /><br />Rima bermukim di Amerika ketika ayahnya menjadi duta besar di sana. Ia kuliah di George Washington University dan lulus dengan gelar bachelor of arts dalam studi museum. Dia sempat magang di L’Institut du Monde Arabe di Paris dan Sackler Gallery of Art di Washington.<br /><br />Sekembali ke Riyadh pada 2005, ia membawa angin perubahan bagi para perempuan di sana. Ia antara lain ikut mendirikan Yibreen, pusat kebugaran dan spa perempuan. Karena pusat kebugaran perempuan dilarang pada masa itu, Rima menyamarkannya sebagai toko jahit dengan menaruh tukang jahit dan mesin jahit di ruang depan.<br /><br />Keluarga Rima adalah pemilik Alfa International, perusahaan retail yang menjalankan Harvey Nichols, toko pakaian dan barang mewah terkenal di Riyadh. Tapi toko itu sedang turun pamor dengan hanya menjajakan karya desainer kelas dua. Rima pun gusar. “Jika toko ini dimaksudkan untuk menjadi kelas atas, mengapa kalian menjual produk kelas menengah-bawah? Itu iklan palsu. Campuran merekmu salah. Pencahayaan toko jelek. Bau lagi,” ucap Rima kepada anggota Dewan Direksi Alfa International.<br /><br />Tiga hari kemudian, sepupunya, Chief Executive Officer (CEO) Alfa saat itu, membujuk Rima agar mengambil alih perusahaan tersebut. Rima pun menjadi perempuan pertama yang menjabat CEO di sebuah perusahaan retail di Saudi pada 2010.<br /><br />Rima mulai bergerak. Dia mempekerjakan lebih banyak perempuan di negeri yang justru mendorong kaum Hawa tinggal di rumah saja itu. Rima mengungkapkan, memberdayakan perempuan dengan tanggung jawab keuangan akan mendorongnya “menjelajahi lebih banyak dunia untuk dia sendiri dan mengurangi ketergantungan”.<br /><br />Di Harvey Nichols, Rima memperkenalkan penitipan anak, pelayanan pertama yang ada di toko retail di Saudi. Hal ini memberi para ibu kesempatan terus bekerja sambil mengasuh anak. Dia juga memberikan tunjangan transportasi kepada para perempuan karena kerajaan tidak mengizinkan mereka mengemudi. Saudi baru mengizinkan perempuan menyetir sendiri pada September 2017.<br /><br />Upaya itu tidak berjalan mulus. Beberapa warga Saudi memprotes pembauran karyawan perempuan dan lelaki di toko itu. Akibatnya, keuntungan toko merosot hingga 42 persen. Rima membutuhkan waktu dua tahun untuk memulihkan pendapatan toko, tapi masih kesulitan mempertahankan karyawan perempuan, yang kebanyakan tak terlatih.<br /><br />Rima sadar bahwa ambisinya mendorong perempuan Saudi masuk ke dunia kerja terlalu muluk. “Kami mengharapkan mereka berlari sebelum mereka bisa berjalan,” tuturnya. Maka dia pun melepas kursi CEO di Alfa dan mendirikan lembaga sosial Alf Khair untuk meningkatkan profesionalitas perempuan pada 2013. Melalui Alf Khair, dia membangun Alf Darb, lembaga pelatihan bagi perempuan untuk masuk dunia kerja. Siswa angkatan pertama lembaga ini adalah para pegawai Harvey Nichols.<br /><br />Di samping perkara bisnis, Rima menemukan satu persoalan yang berkaitan dengan perempuan Saudi. Pada 2001, ia menerima panggilan telepon dari seorang sahabat dekatnya yang menderita kanker payudara stadium akhir dan tak tahu ke mana mencari dukungan serta menghadapinya. “Masyarakat kami sangatlah privat. Penyakit-penyakit tertentu atau konflik pribadi dinilai memalukan untuk diceritakan,” katanya. “Tak ada yang tahu bahwa dia sakit sampai dia masuk rumah sakit dan sekarat.”<br /><br />Faktanya, hampir 60 persen kasus kanker payudara di Saudi terdiagnosis pada stadium akhir, jauh dari rata-rata 30 persen di Amerika Serikat. Fakta dan pengalaman sahabatnya mendorong Rima membantu dokter Suad bin Amir mendirikan Asosiasi Kesadaran Kanker Payudara Zahra. Nama itu dipungut dari nama ibu Suad yang meninggal karena penyakit tersebut. Misi organisasi ini adalah menyebarkan kesadaran di kalangan perempuan untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, dan pengobatan kanker payudara.<br /><br />Tapi Kementerian Sosial sempat gusar dan menolak kata “payudara” pada nama lembaga itu. Rima bertahan. “Kami tidak akan menyebutnya ‘asosiasi area dada’. Namanya kanker payudara, sama halnya dengan kanker prostat yang tidak disebut ‘kanker di bagian bawah sana’,” ujarnya.<br /><br />Nama Rima terus menanjak meski protes dan hujatan terus menderanya. Dia kemudian diangkat menjadi Deputi Perencanaan dan Pengembangan Otoritas Olahraga Umum (GSA) pada Agustus 2016. Setahun kemudian, ia menjadi Presiden Mass Participation Federation, program GSA yang mendorong masyarakat giat berolahraga dan bergaya hidup sehat. Dia juga ditunjuk sebagai anggota Komite Olimpiade Arab Saudi dan anggota Komisi Perempuan dalam Olahraga pada Komite Olimpiade Internasional (IOC). Dia menjadi perempuan pertama yang memimpin organisasi multiolahraga di negeri itu.<br /><br />Dengan segala prestasi tersebut, penunjukan Rima sebagai duta besar merupakan pilihan yang diperhitungkan. Sekarang ia mendapat tantangan baru memperbaiki citra Saudi di mata khalayak Amerika.<br /><br />Abdul Manan (Arab News, Gulf News, Al Jazeera, Fast Company)<br /><br />Majalah Tempo, 28 Juli 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/14670110535915931887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-50137507605177835962019-07-08T00:40:00.001+07:002020-10-28T00:43:46.290+07:00Geliat Haiphong di Tengah PerangRODA bisnis di Zona Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan Cina-Vietnam di pusat manufaktur Haiphong, Vietnam, selama ini berjalan lambat. Pengelola awalnya hengkang setelah terjadi serangkaian kerusuhan anti-Cina pada Mei 2014. Saat itu para pemrotes membakar kompleks dan pabrik serta menyerang pekerja Cina, menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai 100 orang lebih.<span><a name='more'></a></span><br /><br />Menurut South China Morning Post edisi 3 Juni lalu, suasana di zona itu berubah sejak pertengahan tahun lalu, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif impor barang dari Cina. Kini 16 dari 21 perusahaan asal Cina direlokasi ke zona ini setelah Trump memulai perang tarif, yang kemudian dikenal sebagai “perang dagang”.<br /><br />Amerika memulai perang ini dengan mengenakan tarif 30 persen untuk panel surya impor dan 20 persen untuk mesin cuci pada Januari 2018. Langkah itu diikuti pengenaan tarif 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk aluminium, terutama dari Cina, guna memangkas defisit perdagangannya. Defisit neraca perdagangan Amerika sebesar US$ 566 miliar. Sebanyak US$ 375 miliar atau separuh lebih di antaranya perdagangan dengan Cina.<br /><br />Langkah Washington ini ditanggapi Beijing dengan menaikkan tarif barang ekspornya. Setelah itu, keduanya berbalas-balasan dengan mengerek naik tarif barang pada Juli dan September 2018. Setelah “gencatan senjata” sejenak pada Desember, perang berlanjut pada Mei 2019, saat Amerika kembali meningkatkan tarif dan ditanggapi Cina dengan cara serupa sebulan kemudian.<br /><br />Pengenaan tarif otomatis mendongkrak harga barang ekspor Cina ke Amerika. Begitu juga sebaliknya. Sejumlah pengusaha lantas bersiasat dengan merelokasi perusahaannya keluar dari Cina agar bisa mengekspor barang ke Amerika tanpa terkena tarif tinggi. Menurut laporan ekonom Nomura, bank investasi Jepang, salah satu negara Asia yang mendapat banyak keuntungan dari perang dagang itu adalah tetangga selatan Cina: Vietnam.<br /><br />Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam pada Selasa, 25 Juni lalu, mengumumkan bahwa mereka menerima investasi asing langsung senilai US$ 9,1 miliar pada semester pertama tahun ini, naik 8 persen dibanding tahun sebelumnya. Sebagian besar investasi digunakan untuk pembuatan, pemrosesan, dan proyek real estate.<br /><br />Sumber utama investasi adalah Hong Kong, yakni sebesar US$ 5,3 miliar atau 28,7 persen dari total investasi, diikuti Korea Selatan dengan US$ 2,73 miliar atau 14,8 persen. Mengingat sebagian besar pangkalan manufaktur tradisional Hong Kong telah bermigrasi ke Guangdong, Cina, dalam beberapa dekade terakhir, diperkirakan investasi baru di Vietnam ini mewakili perpindahan pabrik-pabrik Hong Kong itu.<br /><br />Salah satu perusahaan yang pindah ke Haiphong adalah TP-Link, produsen jaringan komputer Tiongkok yang berbasis di Shenzhen. Mereka menyewa pabrik di zona itu dan akan mulai menguji peralatannya pada Juli ini. Perusahaan penyedia perangkat jaringan Wi-Fi konsumen terbesar di dunia itu membeli 140 ribu meter persegi lahan tambahan di zona tersebut untuk memperluas produksinya.<br /><br />Ketika TP-Link membeli tanah pada akhir 2018, harganya US$ 75-80 per meter persegi. Sekarang harganya telah naik menjadi US$ 90 per meter persegi. Menurut South China Morning Post, hal ini menunjukkan lonjakan besar minat perusahaan manufaktur di Vietnam yang disebabkan oleh perang dagang dua raksasa ekonomi dunia.<br /><br />“Pemerintah daerah Cina tentu tidak senang dengan makin banyaknya produsen yang pindah ke Vietnam, tapi Presiden Cina Xi Jinping secara jelas mengedepankan Insiatif Sabuk dan Jalan, yang tidak dapat diganggu pemerintah daerah,” kata Chen Xu, Wakil Manajer Umum Zona Kerja Sama Haiphong.<br /><br />Insiatif Sabuk dan Jalan adalah strategi pembangunan global Cina yang melibatkan pengembangan infrastruktur dan investasi di 152 negara dan organisasi internasional di Asia, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika. “Pemerintah daerah tidak mendorong produsen melakukan relokasi, tapi mereka tidak berani menghentikannya,” tutur Chen.<br /><br />Pekan lalu, Nikkei Asian Review mengutip sumber anonim yang mengungkapkan bahwa Apple sedang mempertimbangkan rencana memindahkan hingga 30 persen produksi iPhone dari Cina. India dan Vietnam merupakan kandidat teratas untuk membantu Apple.<br /><br />Data Amerika Serikat untuk empat bulan pertama 2019 menunjukkan ada kenaikan impor dari Vietnam, Taiwan, dan Korea Selatan-masing-masing 38,4, 22,1 dan 17,1 persen-dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor Negeri Abang Sam dari Cina turun 12,8 persen.<br /><br />Menurut data Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat, yang dikutip Financial Times, impor telepon seluler Amerika dari Vietnam naik lebih dari dua kali lipat dalam empat bulan pertama 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu, sementara impor komputer naik 79 persen. Alas kaki, tekstil, dan furnitur dari Vietnam pun mencatatkan peningkatan permintaan dari Amerika-barang-barang yang dulu biasanya didatangkan dari Cina.<br /><br />Negara Asia selain Vietnam juga mendapat limpahan pabrik yang pindah, yakni Myanmar. Shu Ke’an, pemilik Yakeda Tactical Gear Co, membuka pabrik di Yangon, Myanmar, September tahun lalu. Pabrik itu mengolah bahan mentah dari Cina menjadi ransel, tas, dan kantong untuk senapan dan pistol. Produknya diberi label “Buatan Myanmar” dan hampir semuanya diekspor ke Amerika. Tapi Shu mempertahankan 220 pekerja di pabriknya di Guangzhou, Cina, yang kini kebanyakan memasok kebutuhan klien di Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.<br /><br />Saat importir Amerika beralih ke negara-negara Asia untuk mencari pasokan, Cina mengambil barang dari Amerika Utara dan Selatan untuk mendapat pasokan lebih murah. Pada 2018, impor kedelai Cina dari Amerika hanya 16,6 juta ton, setengah dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, Cina mendatangkan 4,39 juta ton kedelai dari Brasil, naik 126 persen dari tahun sebelumnya.<br /><br />Perang dagang ini juga memperlambat pertumbuhan ekonomi Cina. Dari tingkat pertumbuhan produk domestik bruto tahunan sebesar 12 persen pada 2010, angkanya sekarang sedikit lebih dari setengahnya. Tahun lalu, angkanya 6,6 persen.<br /><br />Menurut Kenneth Rapoza di Forbes, 7 Juni lalu, setahun perang dagang belum berdampak banyak pada ekonomi Amerika. Pendapatan kuartal pertama tidak menunjukkan bukti resesi pendapatan perusahaan, meskipun ada peringatan bahwa harga barang yang diimpor dari Cina segera naik karena perubahan tarif itu.<br /><br />Namun situasi berbeda bagi sektor pertanian. Menurut Vox, pertanian yang menghasilkan jagung, kedelai, susu, dan daging sapi sudah menderita karena kurangnya permintaan global serta harga yang rendah, dan kini diperparah oleh perang dagang. Donald Trump meluncurkan paket bantuan US$ 12 miliar bagi para petani.<br /><br />Perang dagang ini, tulis New York Times, membuat investasi bisnis, kepercayaan, dan arus perdagangan di seluruh dunia menjadi dingin dan memperburuk perlambatan ekonomi global. Ekonom memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut oleh Trump dapat memperlambat pertumbuhan global.<br /><br />Abdul Manan (South China Morning Post, Reuters, Deutsche Welle, IBT)<br /><br />Majalah Tempo, 7 Juli 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-40188808124625090242019-06-03T17:38:00.001+07:002020-10-27T17:41:12.097+07:00Bahri Tak Mampir di Le HavreKAPAL kargo berbendera Arab Saudi, Bahri Yanbu, membuang sauh 30 kilometer dari pelabuhan Prancis sejak Rabu malam, 8 Mei lalu. Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly membenarkan kabar bahwa kapal itu dijadwalkan mengambil muatan senjata buatan Prancis di Pelabuhan Le Havre sebagai bagian dari kontrak yang ditandatangani Prancis dengan Saudi beberapa tahun silam. Prancis adalah salah satu pemasok senjata utama ke negeri kerajaan itu dengan nilai penjualan sekitar US$ 1,5 miliar pada 2017.<span><a name='more'></a></span><br />Menurut Amnesty International, tanker Bahri berlayar dari Corpus Christi di Amerika Serikat pada 2 April lalu dan dijadwalkan singgah di sejumlah pelabuhan Eropa dengan tujuan akhir Jeddah, Arab Saudi. Pada 3 Mei, tanker itu memuat enam kontainer senjata buatan Belgia di Pelabuhan Antwerp sebelum bertolak menuju Prancis.<br /><br />Sehari setelah tanker tiba di Prancis, sekitar seratus aktivis hak asasi manusia berdemonstrasi di Pelabuhan Le Havre untuk mencegah Bahri memuat senjata yang mereka yakini akan dipakai Saudi dalam perang di Yaman. Demonstran juga menyerukan penghentian penjualan senjata ke Saudi. “Jika kita warga Prancis tidak bertindak, jika kita tak mencoba menghentikan penjualan senjata, kita akan berakhir sebagai aksesori untuk bisnis ini,” kata Jean-Paul Lecoq, anggota Majelis Nasional Prancis, di depan massa.<br /><br />Upaya blokade itu tak sia-sia. Pada 13 Mei, tanker tersebut bergerak ke Pelabuhan Santander, Spanyol. “Kapal itu sama sekali tidak mengambil senjata di Le Havre,” ujar seorang pejabat pertahanan Prancis seperti dilansir Reuters.<br /><br />Perang Yaman, yang berlangsung sejak 2015 antara pasukan Houthi dan tentara pemerintah yang didukung koalisi Saudi, telah menyebabkan kehancuran di negara dengan populasi 29 juta jiwa itu. Menurut kelompok peneliti Inggris, Armed Conflict Location & Event Data Project, lebih dari 60 ribu orang tewas dalam dua tahun terakhir. Selain itu, sekitar tiga juta penduduknya mengungsi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), terjadi 2.906 kematian akibat kolera dan lebih dari 1,1 juta orang terinfeksi penyakit itu selama perang berlangsung.<br /><br />Gencatan senjata disepakati kedua pihak pada pertengahan Desember 2018. Keduanya setuju mundur dari kota pelabuhan Yaman, Hodaidah, di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa agar bantuan kemanusiaan dapat masuk. Namun, 15 Mei lalu, pertempuran kembali pecah. Saudi dan Houthi saling tuding sebagai pihak yang memulai serangan.<br /><br />Di Prancis, isu perang Yaman mencuat saat laporan badan intelijen militer Paris bocor. Dokumen 15 halaman berkategori rahasia itu menjelaskan bahwa senjata Prancis yang dijual ke Saudi dan Uni Emirat Arab telah digunakan dalam perang Yaman. Peralatan perang itu meliputi howitzer Caesar, helikopter pengangkut Cougar, pesawat pengisian bahan bakar di udara MRTT A330, kapal perang, tank Leclerc, dan sistem pemandu laser Damocles.<br /><br />Dokumen itu bocor ke situs investigasi independen, Disclose, yang kemudian menerbitkannya pada 15 April. Menurut Disclose, koalisi pimpinan Saudi setidaknya telah melakukan 19.278 serangan bom udara selama 26 Maret 2015-28 Februari 2019. Sebanyak 1.140 misi pengeboman menyasar area pertanian serta persediaan makanan dan air. Sektor ini menjadi target militer ketiga terpenting koalisi Saudi, setelah militer (4.250 serangan) dan permukiman (1.883 serangan).<br /><br />Dokumen intelijen itu menyatakan howitzer Caesar, yang diproduksi perusahaan Prancis, Nexter, ditempatkan di sepanjang perbatasan Saudi-Yaman dan ditembakkan ke arah pasukan Houthi. Menurut Stockholm International Peace Research Institute, Prancis menjual 120 Caesar kepada Saudi.<br /><br />Helikopter pengangkut Cougar dan pesawat pengisian bahan bakar di udara MRTT A330 juga dipakai untuk mendukung pasukan koalisi. Prancis sedikitnya menjual enam pesawat A330 ke Saudi dan tiga lainnya ke Uni Emirat Arab.<br /><br />Ada dua kapal buatan Prancis yang disebut ikut memblokade pelabuhan Yaman, yang menyebabkan negara itu kekurangan makanan dan kebutuhan medis. Dua kapal itu adalah fregat Makkah kelas Al-Ryadh milik Saudi dan sebuah korvet peluncur roket Baynunah milik Uni Emirat Arab.<br /><br />Laporan intelijen itu menunjukkan pula tank-tank Leclerc, yang juga bikinan Nexter, dikerahkan dalam posisi menyerang di beberapa pangkalan di Yaman tenggara. Adapun jet tempur Emirati Mirage, yang dilengkapi sistem berpemandu laser Damocles buatan Thales Group asal Prancis, juga besar kemungkinannya digunakan pasukan koalisi.<br /><br />Kantor Perdana Menteri Prancis saat dimintai komentar oleh Disclose tidak membenarkan ataupun membantah laporan tersebut. Prancis hanya mengaku menerapkan pengamanan ketat ketika mengeluarkan lisensi ekspor dan mendukung upaya PBB menengahi perdamaian di Yaman. “Senjata Prancis yang dimiliki pasukan koalisi sebagian besar ditempatkan di posisi defensif, di luar wilayah Yaman atau di bawah kendali koalisi, tapi tidak di garis depan,” tulis Kantor Perdana Menteri.<br /><br />Pemerintah Emmanuel Macron berulang kali mengklaim bahwa senjata yang dijual ke Arab Saudi dan sekutunya semata-mata digunakan untuk tujuan pertahanan. “Setahu saya, senjata Prancis tidak digunakan pada kapasitas ofensif dalam perang di Yaman,” ucap Menteri Florence Parly.<br /><br />Namun dokumen yang dibocorkan Disclose membantah semua klaim pemerintah. “Pemerintah tidak lagi dapat menyangkal risiko keterlibatannya dalam kejahatan perang,” tutur Kepala Human Rights Watch di Prancis, Bénédicte Jeannerod.<br /><br />Sébastien Nadot, anggota Parlemen Prancis, mengatakan dokumen rahasia itu membuktikan Parly dan rekan-rekannya di pemerintah telah sengaja menyembunyikan fakta. “Para menteri memiliki dokumen yang menunjukkan bahwa mereka telah berbohong selama berbulan-bulan dan sumbernya adalah dinas intelijen kita sendiri,” ujar Nadot kepada France 24.<br /><br />Pengungkapan oleh Disclose itulah yang memicu demonstrasi para aktivis hak asasi manusia di Le Havre dan gugatan ke pengadilan. Organisasi hak asasi manusia Action by Christians for the Abolition of Torture (ACAT) berusaha mencegah pemuatan senjata ke kapal Bahri Yanbu melalui gugatan ke pengadilan. ACAT menilai penjualan tersebut bertentangan dengan perjanjian persenjataan internasional karena sangat besar kemungkinannya digunakan untuk melawan warga sipil di Yaman. Tapi hakim menolak gugatan itu pada 9 Mei lalu.<br /><br />Ditolak merapat di Le Havre, Bahri berbelok ke Santander. Berbeda dengan di Prancis, tanker ini bisa merapat dan mengangkut muatannya di sana. Menurut pejabat Spanyol, perusahaan bernama Instalaza dari Zaragoza mengirim senjata untuk pameran dagang di Uni Emirat Arab. Perusahaan lain mengirim meriam untuk kebutuhan upacara di Arab Saudi. “Senjata itu tidak untuk digunakan dalam perang,” kata sumber dari pemerintah Spanyol itu.<br /><br />Setelah itu, Bahri berlayar menuju Genoa, Italia. Pekerja pelabuhan memprotes rencana pengiriman senjata ini dengan mengusung spanduk “Hentikan perdagangan senjata”. Namun usaha itu tak menghentikan Bahri mengangkut kargonya. Menurut kantor berita Italia, ANSA, tanker lantas bertolak menuju Jeddah, Senin, 20 Mei lalu.<br /><br />Ara Marcen Naval, Wakil Direktur Amnesty International untuk Pengendalian Senjata, menyebut kasus Bahri Yanbu sebagai “ujian serius” komitmen Uni Eropa untuk mematuhi kewajiban Perjanjian Perdagangan Senjata dan Posisi Bersama Uni Eropa tentang Ekspor Senjata. “Beberapa negara telah gagal dalam ujian ini,” tutur Naval seperti dilansir situs Amnesty.<br /><br />Abdul Manan (France 24, Reuters, New York Times, Al jazeera)<br /><br />Majalah Tempo, 2 Juni 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/14670110535915931887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-34974299644113243482019-05-27T00:24:00.001+07:002020-10-28T00:26:13.077+07:00Elang Laut di Leher PakatanSETAHUN lalu, penyurvei tanah Malaysia, Muhammad Nur Aliff, berharap besar kemenangan koalisi partai oposisi Pakatan Harapan dapat menjadi katalisator untuk reformasi dan kebangkitan kembali negara yang tertatih-tatih akibat korupsi dan utang publik yang tinggi itu. “Banyak anak muda menaruh banyak harapan kepada pemerintah baru ini. Tapi kami belum melihat apa pun yang kami harapkan,” kata pria 28 tahun itu dalam aksi protes bersama ratusan orang Melayu lain di Kuala Lumpur, awal Mei lalu, seperti dilansir Reuters.<span><a name='more'></a></span><br />Pakatan Harapan genap setahun memerintah pada 9 Mei lalu setelah pada pemilihan umum 2018 mengalahkan koalisi Barisan Nasional, yang berkuasa lebih dari 60 tahun. Koalisi yang terdiri atas Partai Keadilan Rakyat, Partai Aksi Demokratik, Partai Pribumi Bersatu Malaysia, dan Partai Amanah Negara itu mengusung politikus dan birokrat veteran Mahathir Mohamad, 93 tahun, sebagai perdana menteri.<br /><br />Kekhawatiran Alif tecermin dari hasil survei Merdeka Center yang dirilis pada April lalu. Dari 1.214 responden, soal ekonomi menjadi perhatian utama para pemilih, yaitu 63 persen. Hasil survei itu juga menunjukkan 46 persen responden menilai pemerintah baru ini menuju arah yang salah, sementara 34 persen berpendapat sebaliknya.<br /><br />Menurut responden, pemerintah berada di jalur yang salah dalam soal ekonomi (25 persen) dan janji kampanye yang tak ditepati (10 persen). Dukungan terhadap pemerintah pun turun dari 66 persen pada Agustus 2018 menjadi 39 persen pada Maret lalu. Popularitas Mahathir juga merosot dari 71 persen menjadi 46 persen.<br /><br />Direktur Program Merdeka Center Ibrahim Suffian mengaku tidak terkejut melihat hasil survei ini. Pakatan Harapan hanya memperoleh kurang dari 25 persen suara dari kelompok etnis Melayu, yang mencapai 60 persen populasi. Sebagian besar penilaian negatif berasal dari orang Melayu.<br /><br />“Selain itu, para pemimpin Pakatan Harapan umumnya tidak berharap menang sehingga mereka membuat janji besar, seperti memperbaiki skema pinjaman pelajar dan mengendalikan harga. Janji-janji ini sulit dipenuhi, terutama ketika keadaan keuangan pemerintah ternyata lebih lemah daripada perkiraan sebelumnya,” tutur Ibrahim kepada Tempo.<br /><br />Ibrahim mengaku cukup optimistis terhadap reformasi yang sedang berlangsung di negara berpenduduk 12 juta jiwa itu. Survei Merdeka Center pun menyatakan 67 persen responden berpendapat Pakatan Harapan perlu waktu lebih untuk membuktikan janji-janji kampanyenya.<br /><br />Menurut sebuah survei pada April lalu terhadap 250 pengusaha oleh Ipsos Business Consulting, sentimen bisnis memang mereda setelah ada optimisme awal menyusul kemenangan Pakatan dalam pemilu, yang terutama disebabkan oleh kurangnya konsensus mengenai jalan ke depan bagi perekonomian. “Berlanjutnya ketidakjelasan kebijakan ekonomi dapat menyebabkan peningkatan kecemasan di kalangan bisnis dan makin mengintensifkan ketakutan akan adanya perlambatan ekonomi,” begitu laporan perusahaan itu seperti dilansir Reuters.<br /><br />Para investor dalam survei Ipsos juga menyatakan keprihatinan atas fluktuasi mata uang dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Nilai ringgit merosot tahun ini dan saham berkinerja di bawah rival regional. Malaysia harus mengisi kekurangan pendapatan yang berasal dari kebijakan populis penghapusan pajak barang dan jasa (GST) sebesar 5 persen pada tahun lalu, sementara upaya mendapatkan dukungan dari badan usaha milik negara belum memadai.<br /><br />Maret lalu, bank sentral Malaysia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 dari 4,9 persen menjadi 4,3-4,8 persen di tengah ekspektasi penurunan signifikan dalam ekspansi ekspor karena perlambatan pertumbuhan global akibat perang dagang Cina dengan Amerika Serikat.<br /><br />Pengajar Universiti Malaysia Sarawak, Doktor Jeniri, mengatakan temuan dalam survei ini mencerminkan sentimen di lapangan terhadap pemerintah. Turunnya kepercayaan kepada pemerintah disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya kegagalan memenuhi janji-janji dalam manifesto, terutama soal biaya hidup dan perbaikan kualitas hidup. “Elang laut (beban) yang tergantung di leher Pakatan Harapan adalah soal biaya hidup,” tuturnya kepada Tempo. Hal lain, dia menambahkan, kinerja para menteri yang biasa-biasa saja turut mempengaruhi peringkat karena sebagian besar merupakan orang baru di pos jabatannya.<br /><br />Mahathir menyadari ketidakpuasan publik ini. Dalam pidato yang menandai setahun pemerintahannya, Kamis, 9 Mei lalu, ia menyatakan banyak rencana pembangunan yang diusulkan terhambat karena kas pemerintah yang menipis. “Kami sadar ada banyak orang yang tidak puas dan menuduh pemerintah gagal memenuhi beberapa janji dalam manifesto kami,” ujarnya. “Tapi prioritas kami berubah ketika kami menemukan kerusakan yang ditinggalkan terlalu parah dan ada kebutuhan untuk mengatasinya lebih dulu.”<br /><br />Mahathir menyalahkan pemerintah sebelumnya, yang dipimpin Najib Razak, atas utang pemerintah yang membengkak lebih dari 1 triliun ringgit (US$ 240,1 miliar). Ini termasuk megakorupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang kini masih dalam proses hukum.<br /><br />Akhir April lalu, Malaysia mengaku telah mendapatkan US$ 322 juta dari penjualan aset terkait dengan 1MDB yang disita negara-negara di seluruh dunia. Menurut Mahathir, pemerintah juga berhasil menyelamatkan 22,8 miliar ringgit (US$ 5,49 miliar) setelah menegosiasikan kembali kontrak infrastruktur mahal yang disetujui Najib, selain dari penindakan kasus korupsi.<br /><br />Mengumumkan model ekonomi “kemakmuran bersama”, Mahathir mengatakan pemerintah berencana meningkatkan standar hidup dan daya beli serta mengurangi kesenjangan antarkelas dan antaretnis. “Tujuan kemakmuran bersama adalah menyediakan standar hidup yang layak untuk semua orang Malaysia,” katanya.<br /><br />Pemberantasan korupsi merupakan salah satu prestasi Pakatan dalam kinerja satu tahunnya ini. Survei Merdeka Center menunjukkan kekhawatiran terhadap korupsi menurun dari 33 persen pada Agustus 2018 menjadi 23 persen pada Maret lalu. Menurut Ibrahim Suffian, publik puas dalam hal tersebut. “Tidak hanya kasus terhadap Najib (soal 1MDB), tapi juga tindakan yang sangat nyata terhadap pejabat pemerintah (yang melakukan korupsi) dan usul langkah untuk membuat Komisi Antikorupsi lebih mandiri,” ujarnya. Namun, Ibrahim menambahkan, semua tindakan itu tidak mengesankan bagi pemilih Melayu, yang lebih berfokus pada janji ekonomi.<br /><br />Jeniri setuju dengan Ibrahim soal ini. “Pakatan Harapan sedang mencoba level terbaiknya untuk mempraktikkan tata pemerintahan yang baik seperti yang dijanjikan. Pakatan juga mencoba mengimplementasikan reformasi kelembagaan, khususnya dalam menerapkan doktrin pemisahan kekuasaan,” ucapnya.<br /><br />Soal lain adalah ruang publik dan kebebasan pers yang lebih besar sehingga peringkat Malaysia dalam laporan Reporters Without Borders 2019 membaik, yakni dari posisi ke-145 pada 2018 menjadi ke-123. “Tapi Pakatan Harapan agak lambat dalam mencabut undang-undang terkait dengan media dan komunikasi, seperti Undang-Undang Pers dan Publikasi 1984 serta Undang-Undang Penghasutan 1948.”<br /><br />Meski begitu, Jeniri menambahkan, “Korupsi bukanlah segalanya. Bagi orang biasa di jalanan, yang penting adalah bagaimana makanan tersaji di atas meja.”<br /><br />Abdul Manan (Reuters)<br /><br />Majalah Tempo, 26 Mei 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-1247514925605374672019-05-06T00:29:00.002+07:002020-10-28T10:26:32.132+07:00Era Baru Kaisar NaruhitoHALAMAN istana Kekaisaran Jepang di pusat Kota Tokyo bermandikan sinar matahari musim semi pekan lalu. Para pelari yang sedang menyelesaikan putaran parit tampak menghindar dari turis asing yang berkelompok. Karyawan kantoran menyantap makan siang bola nasi dan teh. Di sisi lain parit, tersembunyi di balik barisan pohon, istana kekaisaran sedang mempersiapkan transisi bersejarah bagi negara itu.<span><a name='more'></a></span><br />Pada Selasa, 30 April ini, menurut rencana, Kaisar Akihito akan memasuki ruangan di bangunan istana itu. Di hadapan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan politikus senior lain, ia secara resmi akan turun takhta. Ia menjadi kaisar pertama yang mundur dalam 200 tahun terakhir. Pada akhir upacara selama sepuluh menit itu, era Heisei, yang dimulai pada 7 Januari 1989, resmi berakhir.<br /><br />Keesokan paginya, putra sulungnya, Naruhito, 59 tahun, akan memasuki ruangan yang sama dan menerima pedang, permata, serta cermin—tiga "harta suci" yang diwariskan ke garis kekaisaran—sebagai bukti penobatannya menjadi kaisar baru. Perdana Menteri Abe akan menyambut penobatan itu atas nama rakyat Jepang, dan era baru Reiwa dimulai.<br /><br />Karakter Reiwa diambil dari buku puisi tertua Jepang, Manyoshu, yang berarti "harmoni yang indah". Berbeda dengan sebagian besar negara lain, Jepang menggunakan kalender Barat dan periode pemerintahan kekaisaran. Dalam kalender Jepang, tahun 2019 disebut Heisei 31 (tahun ke-31), yang sekarang menjadi Reiwa 1. Penanggalan ini dipakai untuk sejumlah dokumen pemerintahan.<br /><br />Rencana suksesi ini sudah cukup lama disiapkan. Kaisar Akihito, yang telah berusia 85 tahun, menyatakan niatnya turun takhta pada 2016 karena alasan kesehatan. Parlemen Jepang mengesahkan undang-undang yang memungkinkan Akihito lengser pada 8 Juni 2017. Pengunduran diri Akihito dijadwalkan berlangsung pada 30 April 2019. Setelah pensiun, Akihito akan menjadi joko (kaisar emeritus), sementara Permaisuri Michiko menjadi jokogo (permaisuri emeritus).<br /><br />Naruhito, kaisar baru nanti, dan istrinya, Masako, mewakili banyak hal baru dalam sejarah Negeri Sakura. Untuk pertama kalinya, mereka adalah kaisar-permaisuri yang berpendidikan universitas, menguasai banyak bahasa, dan bermukim bertahun-tahun di luar negeri. Naruhito lahir di Tokyo pada 23 Februari 1960 sebagai putra tertua pasangan Akihito-Michiko.<br /><br />Naruhito mulai menempuh pendidikan tingginya di Gakushuin University pada April 1978. Ia mengambil bidang sejarah dan lulus empat tahun kemudian. Topik skripsinya tentang transportasi air di Laut Pedalaman Seto selama Abad Pertengahan. Setahun kemudian, ia pindah ke Inggris untuk kuliah di Merton College, Oxford University, mempelajari sejarah transportasi di Sungai Thames pada abad ke-18.<br /><br />Naruhito mencatat masa-masa di Oxford dengan tekun dan menuangkannya dalam memoar The Thames and I: A Memoir of Two Years at Oxford, yang terbit pada 1993. Buku itu menceritakan kehidupan sehari-harinya di Oxford, pengalamannya berkeliling Inggris dan Eropa, serta sejumlah anekdot tentang seorang putra mahkota yang berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan mahasiswa. Ia menyebut periode ini sebagai "waktu paling bahagia" dalam hidupnya.<br /><br />Dalam memoarnya, Naruhito menuturkan pernah hampir membuat asrama mahasiswa kebanjiran saat ia mencuci pakaian untuk pertama kali dalam hidupnya. Menurut Nippon.com, Naruhito juga mengungkapkan kepada teman-temannya di Oxford tentang kemiripan kata Jepang untuk "Yang Mulia" ("denka") dengan "lampu listrik" ("denki"). Setelah itu, teman-temannya memanggilnya Denki, bukan Denka.<br /><br />Setelah lulus dari Oxford, ia kembali ke Tokyo dan meraih gelar master lain dari Gakushuin University pada 1988. Setahun kemudian, ia memasuki babak baru dalam hidupnya. Kaisar Hirohito meninggal pada 7 Januari 1989, yang menandai berakhirnya era Showa dan dimulainya era Heisei (Akihito). Saat ayahnya menjadi kaisar, Naruhito pun menjadi putra mahkota.<br /><br />Kisah cinta Naruhito-Masako bermula di Gakushuin. Naruhito bertemu dengan Masako Owada, diplomat karier lulusan Oxford University dan Harvard University, Amerika Serikat, dalam sebuah pesta minum teh untuk seorang putri Spanyol pada 1986.<br /><br />Naruhito mengejar Masako tanpa henti meskipun sempat dikabarkan bahwa Masako pernah dua kali menolak lamaran pernikahan karena tidak ingin membahayakan karier diplomatiknya. Masako baru menerima lamaran Naruhito pada Desember 1992 dan mereka menikah setahun kemudian.<br /><br />Setelah berumah tangga, pasangan ini menghadapi tekanan publik untuk memiliki putra, yang akan menjadi ahli waris takhta kekaisaran berikutnya. Hal ini membuat Masako mengalami depresi dan keguguran pada 1999. Masako mulai menarik diri dari kehidupan publik tak lama setelah itu. Kabar baik datang pada 2001 saat Masako hamil lagi dan melahirkan anak perempuan, Aiko.<br /><br />Hukum Jepang melarang perempuan mewarisi takhta sehingga kelahiran Aiko tak mengurangi tekanan terhadap pasangan tersebut. Pemerintah Jepang berusaha meredakannya dengan mencoba mengubah undang-undang agar perempuan bisa menjadi ahli waris takhta. Pada masa yang sama, adik laki-laki Naruhito, Fumihito, mengumumkan bahwa istrinya, Kiko, mengandung seorang putra, Hisahito. Kelahiran Hisahito mengurangi tekanan terhadap Masako dan pemerintah Jepang.<br /><br />Era Heisei, yang berarti "mencapai perdamaian", akan dikenang sebagai masa damai karena Jepang tidak terlibat dalam perang apa pun. Tapi masa itu dipenuhi serangkaian bencana alam, termasuk gempa bumi besar Hanshin yang menghancurkan Kobe dan sekitarnya pada 1995 serta tsunami pada 2011 yang menyebabkan krisis pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.<br /><br />Selain bencana, ada soal stagnasi ekonomi yang menyebabkan kesenjangan kekayaan makin lebar. "Selama tiga dekade era Heisei, Jepang telah bebas dari perang untuk pertama kalinya dalam sejarah modern. Namun itu sama sekali bukan masa yang lancar karena negara kita menghadapi banyak tantangan yang tidak terduga," kata Naruhito dalam pidatonya, Februari lalu, yang menandai 30 tahun masa kekaisaran Heisei.<br /><br />Penulis kenamaan Jepang, Keiko Ochiai, menunjukkan bahwa satu dari setiap tujuh anak Jepang sekarang hidup dalam kemiskinan, yang berarti pendapatan dari pajak belum digunakan secara benar untuk generasi berikutnya. "Warga negara biasa prihatin terhadap utang publik Jepang yang melampaui 1.000 triliun yen (sekitar US$ 8,94 triliun), sementara mereka yang seharusnya mempertimbangkan cara mengatasi masalah (politikus) tidak serius menanganinya," tutur pria 74 tahun itu.<br /><br />Dengan pergantian era sekarang, Keiko Ochiai berharap dapat melihat "sebuah masyarakat yang setiap anaknya merasa senang dilahirkan dan pada saat yang sama setiap orang lanjut usia merasa bahagia hidup lama".<br /><br />Sebagai kaisar, Naruhito tidak memiliki kekuatan politik. Dia bertanggung jawab untuk tugas-tugas seremonial, seperti menemui para pemimpin negara. Kendali pemerintahan sepenuhnya berada di tangan perdana menteri. Berdasarkan konstitusi Jepang, yang dibuat setelah kekalahan negara itu dalam Perang Dunia II, kaisar hanya menjadi simbol negara dan pemersatu rakyat.<br /><br />Naruhito menyatakan siap menyesuaikan perannya dengan era baru. Namun ia akan mengambil inspirasi dari orang tuanya dalam hal tanggung jawabnya sebagai kaisar. "Saya ingin memenuhi peran sebagai simbol negara dengan terus-menerus bersama orang-orang dan berbagi kegembiraan serta kesedihan bersama mereka," ucapnya, 21 Februari lalu.<br /><br />Menurut media Jepang, Nikkei, tidak ada yang mengetahui tren sosial dan ekonomi seperti apa yang akan menentukan pada era Reiwa. Tidak jelas bagaimana kejayaan ekonomi Jepang akan kembali dan tantangan yang ditimbulkan oleh jumlah populasi yang menyusut akan diatasi. Sejarah menunjukkan bahwa dimulainya era baru bisa bertepatan dengan adanya perubahan besar.<br /><br />Abdul Manan (The Guardian, Nikkei, Asahi Simbun, CBS, Japan Today, The Insider)<br /><br />RALAT:<br />---------<br />» Dalam majalah Tempo edisi 29 April-5 Mei 2019 di halaman 91 tertulis keterangan foto: “Kaisar Akihito (kedua dari kiri) dan Pangeran Naruhito (kedua dari kanan) di Tokyo, Januari 2019”, seharusnya “Kaisar Akihito (kanan) dan Pangeran Naruhito (tengah) di Tokyo, Januari 2019”.<br /><br />Majalah Tempo, 5 Mei 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-15490074909789454722019-05-06T00:10:00.001+07:002020-10-28T00:12:18.210+07:00Dai Penyendiri dari BatticaloaJEMAAH Tauhid Nasional (NTJ) adalah kelompok Islam radikal yang kurang dikenal di Sri Lanka. Menurut koran India, The Hindu, organisasi yang banyak diisi orang muda ini dibentuk lima tahun lalu di Kattankudy, Sri Lanka timur, jauh dari pantai barat dan selatan yang lebih kosmopolitan. Kelompok itu secara umum dianggap sebagai penentang kaum Buddha, pemeluk agama mayoritas. Warga muslim hanya 9,7 persen dari total 21 juta jiwa populasi Sri Lanka.<span><a name='more'></a></span><br />Organisasi ini, terutama pemimpinnya, Mohamed Zahran alias Zahran Hashim, menjadi sorotan setelah disebut-sebut oleh pemerintah Sri Lanka sebagai otak serangan bom saat perayaan Paskah, Ahad, 21 April lalu. Belakangan diketahui bahwa organisasi ini terafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).<br /><br />Kantor berita ISIS, Amaq, Selasa, 23 April lalu, mengatakan pengeboman itu menyasar orang-orang Kristen dan warga dari negara yang ikut memerangi ISIS. Amaq juga merilis video delapan pengebom bunuh diri di Sri Lanka. Dalam video itu, Zahran satu-satunya orang yang wajahnya terlihat dan memegang senapan serbu.<br /><br />NTJ terbentuk sekitar 2014 setelah memisahkan diri dari Jemaah Tauhid Sri Lanka (SLTJ). Kantor pusatnya di Kattankudy, kota berpenduduk mayoritas muslim di Sri Lanka timur. Menurut The Hindu, seperti halnya SLTJ, NTJ diyakini sangat dipengaruhi oleh Wahabisme, aliran Islam yang keras dan puritan.<br /><br />Hilmy Ahamed, Wakil Presiden Dewan Muslim Sri Lanka, mengatakan Zahran, yang berusia sekitar 40 tahun, berasal dari wilayah pantai timur Batticaloa. “Dia datang dari keluarga muslim kelas menengah. Dia putus sekolah,” katanya. Zahran pernah belajar di sebuah perguruan tinggi Islam di Kattankudy. Dia juga diketahui melakukan perjalanan ke India untuk menjalani kursus tentang teologi Islam, tapi keluar setelah tiga tahun.<br /><br />Zahran kemudian memulai perjalanan panjang antara India dan Sri Lanka, berkhotbah di masjid mana pun yang akan menerimanya. Namun dia dianggap sebagai ancaman oleh komunitas muslim setempat karena khotbahnya yang dinilai terlalu radikal. “Dia lalu beralih ke YouTube,” ujar Ahamed.<br /><br />Ahamed telah memberi tahu pemerintah setempat tentang kekhawatirannya terhadap Zahran tiga tahun lalu. “Orang ini penyendiri dan dia telah meradikalisasi anak-anak muda dengan menyamar sebagai pengajar kelas-kelas Al-Quran,” tuturnya.<br /><br />Tahun lalu, pemerintah Sri Lanka menyatakan keadaan darurat nasional setelah kelompok etnis mayoritas Sinhala menyerang puluhan tempat bisnis, rumah, dan masjid di Distrik Kandy. Seorang pria muda muslim terbunuh. Tubuhnya ditemukan di sebuah gedung yang terbakar. Beberapa bulan setelahnya, Desember 2018, anggota NTJ menyerang patung-patung Buddha di Distrik Kegalle.<br /><br />Menurut New York Times, pejabat India juga mulai menyelidiki Zahran pada 2018 setelah menemukan sel ISIS di India selatan. Ia diyakini menjadi perekrutnya melalui YouTube. Dalam satu video, ia muncul di depan gambar menara World Trade Center yang terbakar dalam serangan 11 September 2001 dan mendesak umat Islam membunuh orang-orang kafir. Seorang anggota sel itu mengaku terpengaruh oleh video Zahran yang mengajaknya bergabung dengan ISIS.<br /><br />Januari lalu, para pejabat Sri Lanka melihat kelompok-kelompok Islam radikal di dalam negeri tumbuh lebih berbahaya. Penyelidikan atas perusakan patung pada Desember 2018 itu juga menuntun aparat keamanan datang ke perkebunan di barat laut Sri Lanka. Di sana mereka menemukan lebih dari 100 kilogram bahan peledak, detonator, kabel kawat, senapan, peluru, dan propaganda agama.<br /><br />Pada awal April, India mengaku memberikan nama, alamat, dan nomor telepon pengikut Zahran kepada orang-orang Sri Lanka. India menyatakan memiliki informasi bahwa Zahran berencana meledakkan gereja-gereja dan menyerang Kedutaan Besar India di Sri Lanka. Peringatan serupa diberikan beberapa jam sebelum serangan pada 21 April terjadi. Tapi Sri Lanka bergeming.<br /><br />Abdul Manan (The Hindu, Al Jazeera, Guardian, New York Times)<br /><br />Majalah Tempo, 5 Mei 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-68723430127072627412019-04-27T10:22:00.001+07:002020-10-28T10:25:27.581+07:00Intelijen Inggris Buka Dokumen Soal Mata-mata Legendaris, Mata HariPernah dengar kisah soal mata-mata perempuan legendaris era Perang Dunia Pertama bernama Mata Hari? Pernah bekerja untuk intelijen Prancis tapi akhirnya tewas di depan regu tembak dari negara yang sama tahun 1917 karena dianggap menjadi mata-mata untuk Jerman. Meski sudah tewas hampir satu abad lalu, namun kisah tentangnya masih mengundang rasa ingin tahu banyak orang.<span><a name='more'></a></span><br />Badan intelijen dalam negeri Inggris, Security Service, atau yang lebih terkenal dengan sebutan MI5, membuka dokumen soal dia pada 10 April lalu dan dimuat sejumlah media setelahnya. The Star menulis cerita dari dokumen Arsip Nasional Inggris itu pada 24 April 2014 dalam artikel berjudul Condemned spy Mata Hari glib during final interrogation: MI5 files, dan Joseph Fitsanakisi menulis cerita itu di Intelnews dengan judul MI5 releases documents on Dutch double spy Mata Hari.<br /><br />Mata Hari adalah nama panggung Margaretha Geertruida Zelle, yang lahir 8 Juli 1876, di Hindia Belanda. Ayahnya Belanda, ibunya Jawa. Pada tahun 1895 ia menikah dengan Rudolf MacLeod, tentara Belanda berpangkat kapten keturunan Skotlandia yang bertugas di daerah kolonial Belanda yang sekarang menjadi Indonesia. Karena gemar mabuk dan bersikap kasar, Zelle menceraikannya. Usai perceraian itu, ia bergabung dengan grup sirkus di Paris.<br /><br />Ia akhirnya menjadi sangat populer sebagai penari eksotis, posisi yang membuatnya bisa menjalin kontak dekat dengan banyak pria berpengaruh di Perancis, dan menjadi pacarnya. Salah satu pria itu adalah jutawan Émile Étienne Guimet, yang akhirnya menjadi kekasihnya hingga lama. Pada tahun 1916, Zelle diduga mulai bekerja untuk intelijen Prancis, dengan mengumpulkan informasi dari pacar-pacar Jermannya.<br /><br />Namun, bulan Februari tahun berikutnya dia ditangkap oleh petugas kontra intelijen Perancis di Paris dan dituduh memata-matai atas nama Kekaisaran Jerman. Jaksa Perancis menuding Zelle menyediakan informasi intelijen taktis bagi Berlin yang itu dianggap membahayakan sekitar 50.000 tentara Prancis.<br /><br />Dalam satu set dokumen yang dirilis MI5 terungkap bahwa intelijen sekutu membuntuti penari eksotis itu di beberapa negara Eropa sebelum dia ditangkap di Paris. Dokumen itu juga menyatakan bahwa saat di penjara de Saint-Lazare, di luar kota Paris, itulah Zelle mengaku telah melakukan spionase untuk dinas rahasia Jerman. Nama sandi untuk dia adalah H21. Dia juga mengaku menerima pembayaran sekitar 20.000 franc Perancis untuk jasanya. Koran-koran juga menunjukkan bahwa Zelle mengakui bahwa beberapa botol 'tinta tak terlihat' di temukan di hotelnya, yang diberikan oleh handler (atasan) Jerman-nya.<br /><br />Dalam aporan terbaru yang dirlis MI5 dikatakan bahwa Mata Hari "tidak membuat pengakuan penuh" dan "tidak pernah menyerahkan nama orang" yang disebut sebagai kaki tangannya. Pengakuan ini yang membuat penulis laporan MI5 menyimpulkan bahwa ia bekerja seorang diri.<br /><br />Zelle juga terlihat tidak terganggu oleh upaya interogator Perancis yang mengkonfrontir dia dengan sederet daftar nama kekasihnya, dari berbagai jengjang kepangkatan dan kebangsaan. Pacarnya beragam. Ada yang berkewarganegaraan Jerman, Prancis, Rusia, Swiss dan Spanyol. Kepada penyelidik, ia mengaku "mencintai semua perwira dan lebih suka memiliki kekasih perwira yang miskin daripada seorang bankir kaya."<br /><br />Dia akhirnya dieksekusi oleh regu tembak pada 15 Oktober 1917 di sebuah lapangan di pinggiran Paris. Dokumen-dokumen disimpan dalam arsip pemerintah Prancis yang berkaitan dengan penangkapan Zelle, interogasi dan eksekusinya, masih tetap dirahasiakan.<br /><br />Akademisi yang telah mempelajari sejarahnya tidak percaya Zelle memberikan informasi yang berguna bagi Jerman untuk perangnya. "Dia benar-benar tidak menyerahkan apa pun yang Anda tidak bisa temukan di koran-koran lokal di Spanyol," kata Julie Wheelwright dari City University di London, penulis The Fatal Lover: Mata Hari and the Myth of Women in Espionage.<br /><br />Wheelwright mengatakan ia menjadi seorang penari eksotis setelah melarikan diri dari pernikahan yang berantakan.<br /><br />Wheelwright menggambarkan Zelle sebagai "seorang wanita mandiri, janda, warga negara biasa, pelacur dan penari, yang membuatnya menjadi 'kambing hitam' sempurna untuk Prancis, yang kemudian kalah perang."<br /><br />Tulisan asli dimuat di <a href="https://www.indonesiana.id/read/14121/intelijen-inggris-buka-dokumen-soal-mata-mata-legendaris-mata-hari" target="_blank">Indonesiana</a>, Sabtu, 27 April 2019. Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-59170174242002650462019-04-01T00:12:00.001+07:002020-10-28T00:15:31.798+07:00Damai Kembali di ChristchurchHARI masih pagi ketika seorang pria berpakaian hitam-hitam dengan rompi kulit bertulisan “Mongrel Mob Waikato” menunggang sepeda motor besar Harley-Davidson perlahan memasuki halaman masjid di Hamilton, Selandia Baru, Jumat, 22 Maret lalu. Halaman masjid itu sudah mulai penuh oleh lelaki berkafiyeh dan perempuan berhijab yang hendak menunaikan salat Jumat.<span><a name='more'></a></span><br />Tapi di tengah kaum muslim itu tampak pula sejumlah lelaki berbadan besar dengan kostum serba hitam dan rompi Mongrel. Tak lama kemudian, muncul lelaki bertubuh besar dengan lengan bertato: pemimpin Mongrel Mob Waikato, Sonny Fatu. Ya, Mongrel Mob, geng motor terbesar di Selandia Baru yang beranggota sekitar 400 orang, menunaikan janjinya menjaga kaum muslim yang beribadah siang itu.<br /><br />“Kami akan mendukung dan membantu saudara muslim kami selama mereka membutuhkan kami,” kata Fatu kepada Presiden Perhimpunan Muslim Waikato, Asad Mohsin. “Kami juga punya saudara muslim di dalam organisasi kami. Kami punya keluarga yang juga muslim.”<br /><br />Fatu mengungkapkan, wakilnya mengabari bahwa ada sejumlah saudara muslim yang khawatir menjalankan salat Jumat dan bertanya apakah mungkin bisa dibantu agar mereka dapat beribadah dengan tenang. “Tentu akan kami lakukan. Kami tak bersenjata. Kami akan mengamankan dengan damai bersama anggota komunitas lain agar mereka merasa tenang,” tuturnya.<br /><br />Dukungan Mongrel ini keluar sebagai tanggapan atas insiden penembakan 15 Maret lalu di Christchurch. Pria Australia, Brenton Tarrant, memberondongkan peluru senjata semi-otomatis di Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood yang menewaskan 50 orang dan mencederai 50 lainnya. Berbagai pihak menyatakan dukungan dengan berbagai cara kepada kaum muslim di negeri tersebut. Bahkan Black Power, geng motor pesaing Mongrel, turut mendukung.<br /><br />Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern kemudian mengumumkan kebijakan pelarangan semua senjata semi-otomatis model militer, senapan serbu, dan magasin amunisi berkapasitas tinggi pada Kamis, 21 Maret lalu. Kebijakan baru ini akan berlaku pada 11 April nanti. “Apa yang kami larang hari ini adalah hal-hal yang digunakan dalam serangan Jumat lalu,” ujarnya.<br /><br />Pemerintah juga berencana menarik senjata-senjata api tersebut, yang jumlahnya ditaksir 1,2-1,5 juta pucuk. “Ini langkah sangat berani,” kata Philip Alpers, akademikus University of Sydney yang mengelola GunPolicy.org, lembaga riset senjata.<br /><br />Mongrel bahkan mengganti seruan “sieg heil” (“sambut kemenangan”)—sapaan yang diasosiasikan dengan Nazi Jerman—yang sudah lama mereka pakai. Mereka menggantinya dengan “Mongrel Mob” sebagai respons atas insiden tersebut.<br /><br />Dampak serangan teror di Selandia Baru itu juga merambah negara tetangganya, Australia. Will Connolly, remaja 17 tahun asal Melbourne, mendadak jadi bintang dengan julukan “Egg Boy” setelah melakukan tindakan tak biasa: mengepruk belakang kepala Fraser Anning, senator asal Queensland, dengan telur. Anning dikenal punya sikap keras terhadap imigran. Sikap itu membuatnya dituding sebagai rasis dan pendukung fasis.<br /><br />Pada Agustus 2018, Anning membuat kehebohan saat berpidato di hadapan Senat Australia dengan menyerukan “solusi akhir” untuk para imigran muslim. Pilihan kata itu mengingatkan pada bagaimana pemimpin Nazi, Adolf Hitler, menggambarkan rencananya yang kemudian dikenal sebagai Holocaust: <br />pemusnahan kelompok etnis Yahudi. Anning menolak meminta maaf atas ucapan itu karena tidak bermaksud merujuk pada Nazi.<br /><br />Anning kembali membikin keributan ketika mengomentari teror di Christchurch. Selang beberapa jam setelah tragedi itu, ia mencuit bahwa orang Islam “mungkin menjadi korban (terorisme) hari ini. Biasanya mereka adalah pelakunya”. Cuitan lainnya: “Penyebab sebenarnya pertumpahan darah di jalan-jalan Selandia Baru hari ini adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum fanatik muslim bermigrasi ke Selandia Baru.”<br /><br />Pernyataan ini menuai kecaman luas. “Pernyataan Senator Fraser Anning, yang menyalahkan serangan pembunuhan oleh teroris ekstremis sayap kanan di Selandia Baru pada soal imigrasi, memalukan,” kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison.<br /><br />Hari berikutnya, Anning berpidato di depan pendukungnya di Moorabbin, Melbourne. Will Connolly berdiri sangat dekat dengannya. Saat itulah Connolly mengeprukkan telur ke bagian belakang kepala Anning dengan tangan kanan sambil merekam aksinya menggunakan telepon seluler di tangan kiri.<br /><br />Anning membalas dengan mendorong wajah Connolly. Suasana pun kacau. Beberapa orang mencoba menenangkan Anning. Yang lain meringkus Connolly. Pemuda itu sempat diperiksa polisi, tapi kemudian dibebaskan. Juru bicara kepolisian Victoria menyatakan akan menyelidiki kasus ini.<br /><br />Setelah dilepas polisi, Connolly mencuit di Twitter. Dia mengaku “merasa sangat bangga sebagai manusia” ketika mengepruk Anning. “Muslim bukan teroris dan terorisme tidak punya agama. Semua orang yang menganggap muslim sebagai komunitas teroris berarti memiliki kepala kosong seperti Anning,” cuitnya dengan tanda pagar #EggBoy #eggAnning.<br /><br />Polisi menyebut tindakan Connolly sebagai penyerangan, tapi warganet justru merayakannya. Ia kemudian populer sebagai “Egg Boy” dan dinobatkan sebagai “pahlawan”. Pengikutnya di Instagram membeludak menjadi lebih dari 340 ribu akun dalam dua hari. Ia juga menerima lebih dari 30 ribu pujian dari seluruh dunia, termasuk dari Belanda, Maroko, dan Mesir. Tagar #Eggboy sempat menjadi tren nomor satu di Mesir. “Anda pahlawan, kami bangga terhadap Anda, menyapa Anda dari Libya,” tulis seorang pengguna Twitter.<br /><br />Pemilik akun Twitter, Caner Taslaman, bahkan memberinya tawaran ke Turki secara gratis. “Halo Eggboy. Saya seorang profesor filsafat di Turki. Kami sangat menghargai apa yang Anda lakukan. Saya akan membayar tiket dan sepuluh hari di hotel bintang lima (di mana pun yang Anda inginkan di Turki). Jadilah tamu kami di Turki,” tulis Taslaman.<br /><br />Connolly juga mendapat tawaran akses menonton konser seumur hidup dari sejumlah grup musik Australia, seperti Hilltop Hoods dan Violent Soho. Selain itu, tindakannya mengilhami munculnya sejumlah meme dan karya seni, termasuk poster kaus Connolly sebagai “Egg Boy” oleh Sebastian White.<br /><br />Pada saat yang sama, muncul penggalangan dana GoFundMe untuk membiayai upaya Connolly menghadapi kasus hukumnya dan membantunya membeli lebih banyak telur. Dua hari setelah kampanye itu diluncurkan, Selasa, 19 Maret, dana yang terkumpul sudah mencapai US$ 40 ribu, melebihi target US$ 20 ribu. Connolly berencana mengalokasikan sebagian besar uang hasil donasi ini bagi korban Christchurch.<br /><br />“Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas dukungan dan cinta dari seluruh dunia yang luar biasa sejak hari itu. Jangan lupa teman-teman, kita semua, dalam hal ini, bersama-sama melawan rasisme dalam bentuk pun. Terima kasih.” Itu cuitan terakhir Connolly sebelum akunnya ditangguhkan Twitter.<br /><br />Reaksi keras publik di media sosial dan kecaman tak mengubah sikap Fraser Anning. “Dia mendapat tamparan di wajahnya, yang seharusnya diberikan ibunya sejak dulu karena dia berperilaku buruk,” katanya kepada wartawan. Senator itu juga menolak meminta maaf atas komentarnya.<br /><br />Setelah itu, muncul petisi daring (online) melalui Change.org yang mendesak Anning didepak dari Parlemen Australia. Sampai Ahad, 17 Maret, petisi itu sudah mendapat lebih dari satu juta tanda tangan. Direktur Eksekutif Change.org Sally Rugg mengatakan itu bukan hanya petisi dengan tanda tangan terbanyak sejak platform ini lahir, tapi juga yang paling cepat berkembang. Hampir 250 ribu akun terdaftar dalam 18 jam pertama sebelum mencapai 1 juta dalam kurun dua hari. Dr Ahmad, penggagas petisi, menyebutkan besarnya dukungan ini “menunjukkan bahwa orang Australia tidak menenggang ucapan kebencian yang ekstrem dan sikap Senator Anning”.<br /><br />ABDUL MANAN (NEW YORK TIME, SIDNEY MORNING HERALD, THE WEEK, WASHINGTON POST)<br /><br />Majalah Tempo, 31 Maret 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-66648368524834134442019-02-04T00:37:00.002+07:002020-10-28T00:39:52.691+07:00Gedung-gedung Sunyi di PhiladelphiaPENUTUPAN operasi sebagian kantor federal (shutdown) akan berakhir setelah Presiden Donald Trump menyetujui untuk membuka kembali kantor-kantor itu sementara pada Jumat pekan lalu waktu setempat. Ini menjadi shutdown terlama dalam sejarah Amerika Serikat. Sebelumnya, rekor terlama (21 hari) terjadi pada masa pemerintahan Presiden Bill Clinton. Para ekonom mengatakan kepada NBC News bahwa penutupan ini dapat menjadi bencana besar bagi perekonomian Amerika, yang berimbas tidak hanya pada 800 ribu pekerja federal, tapi juga hampir 40 juta orang Amerika karena akan kehilangan kupon makanan dan uang bantuan sewa tempat tinggal serta diperkirakan ada 1,2 juta pekerja kontrak yang tidak menerima gaji.<span><a name='more'></a></span><br />Penutupan itu berlangsung sejak 22 Desember lalu setelah Partai Demokrat, yang menguasai Dewan Perwakilan Rakyat, menolak permintaan Presiden Donald Trump memasukkan US$ 5,7 miliar dana pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko dalam anggaran negara. Shutdown ini menyebabkan sebagian dari 800 ribu pekerja federal tak masuk kantor. Meski ada juga yang tetap bekerja, mereka tidak digaji.<br /><br />Sampai Kamis pekan lalu, belum ada tanda-tanda penutupan akan berakhir meski sudah memasuki hari ke-36. Bahkan ada indikasi Trump bersiap-siap bahwa ini akan berlangsung lama. The Washington Post melaporkan, penjabat kepala staf Gedung Putih, Mick Mulvaney, mengatakan kepada para pemimpin lembaga federal bahwa dia ingin tahu program-program apa yang akan terkena dampak paling besar jika situasi ini berlangsung hingga Maret atau bahkan April.<br /><br />Berlanjutnya penutupan ini menyebabkan persepsi publik atas kinerja Trump turun. Menurut hasil jajak pendapat The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research yang dirilis Rabu pekan lalu, publik menilai kinerja Trump Januari ini pada angka 34 persen, turun dari 42 persen pada Desember 2018. "Sebagian besar tanggung jawab ada di presiden karena dia pembuat keputusan," kata Sandra Olson, salah satu responden jajak pendapat, dari Northwood, Iowa.<br /><br />Dampak penutupan ini terasa di seluruh Amerika, terutama yang menjadi tuan rumah bagi lembaga federal. Salah satunya Philadelphia, yang jaraknya sekitar 199 kilometer dari Ibu Kota Washington, DC. Ada sejumlah badan federal di sini dengan pekerja sekitar 45 ribu. Sejumlah badan federal itu antara lain Kantor Pajak Negara (IRS), Badan Perlindungan Lingkungan, serta Badan Pengembangan Perumahan dan Perkotaan.<br /><br />Sebagai dampak penutupan, pelayanan di Independence Hall, The Liberty Bell, dan Valley Forge National Historical Park, yang dikelola oleh badan federal National Park Service, ikut terganggu. Para pekerja tidak diharuskan bekerja selama masa penutupan ini. Pekerja yang menangani evakuasi dan tanggap darurat jumlahnya terbatas dan sebagian besar lokasi taman terlihat tutup. National Constitution Center, yang merupakan lembaga nirlaba, tetap buka karena pengelolaannya tidak bergantung pada dana pemerintah federal.<br /><br />Salah satu kantor pemerintah federal yang cukup besar adalah Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), yang berlokasi di 1650 Arch Street. EPA menempati lantai 1 sampai 16 di gedung 27 lantai itu. Kantor EPA biasanya buka sejak pukul 8 pagi sampai 4 sore dan pengunjung harus mendaftar di meja keamanan 24 jam sebelum mengunjungi kantor itu. Ketika Tempo mengunjungi tempat itu, Selasa pekan lalu, gedung tersebut tampak lebih sepi dari biasanya. Dua petugas keamanan di pintu khusus EPA terlihat duduk santai.<br /><br />Pegawai federal di Philadelphia sudah menyampaikan rasa frustrasi mereka terhadap penutupan ini dengan unjuk rasa besar di Independence National Historical Park, 7 Januari lalu. "Kita tidak sedang bicara tentang pegawai bergaji ratusan ribu dolar. Sebagian besar pekerja di serikat kami adalah yang berpenghasilan 50 ribu atau kurang, seperti petugas kebersihan, mekanik AC dan pemanas, serta tenaga administrasi dan juru tulis," ujar Adam Duncan, Presiden The American Federation of Government Employees, dalam demonstrasi itu.<br /><br />Penutupan sebagian operasi pemerintah federal ini membuat pegawainya tidak mendapatkan gaji sehingga harus mencari akal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membayar tagihan. Kesulitan ini mendorong pemerintah negara bagian dan sejumlah perusahaan swasta memberikan sejumlah keringanan.<br /><br />Wali Kota Philadelphia James Francis Kenney, Senin pekan lalu, mengumumkan, departemen dan sejumlah badan di pemerintah kota menawarkan fleksibilitas pembayaran tagihan air dan gas untuk pekerja yang terkena dampak penutupan. Mereka diminta menghubungi Departemen Pendapatan, Biro Pendapatan Air dan Gas Philadelphia. "Jika Anda menghubungi kami, kami bisa menunda pemadaman air dan penyitaan," kata Komisaris Pendapatan Frank Breslin.<br /><br />Menurut Philly.com, ada sejumlah keringanan lain yang ditawarkan perusahaan swasta bagi pekerja federal di negara bagian ini. Perusahaan yang menawarkan keringanan untuk tagihan yang dianggap terlalu memberatkan itu antara lain Wells Fargo, Chase Bank, AT&T, T-Mobile, dan Verizon.<br /><br />Sejumlah kampus juga menawarkan penundaan sementara pembayaran biaya sekolah. Salah satunya Rutgers University. Organisasi nirlaba Philabundance juga membuka "pasar darurat" di Philadelphia Selatan untuk pegawai pemerintah federal. Restoran di seluruh kota, termasuk Federal Donuts dan Mike’s BBQ, menyajikan makanan gratis, diskon, atau "bayar belakangan" kepada pekerja federal.<br /><br />Sebuah organisasi Yahudi yang biasanya memberikan pinjaman untuk bisnis dan individu, Hebrew Free Loan Society of Greater Philadelphia, juga menyalurkan kredit tanpa biaya dan bunga. Mereka mengaku mendapatkan tambahan dana US$ 500 ribu dari orang yang tak mau diungkap namanya. Dana itu akan didistribusikan ke 400 orang dengan pinjaman masing-masing US$ 1.250. Penerima kredit diminta menandatangani catatan untuk membayar kembali pinjaman dalam waktu 90 hari setelah penutupan pemerintahan berakhir.<br /><br />Salah satu penerima pertama adalah Latashah Sharp, yang mendengar kabar soal ini melalui Facebook pada Jumat pagi dua pekan lalu. Setelah mengisi data secara online, dia datang ke kantor lembaga tersebut dan mendapatkan ceknya malam itu. Keesokan harinya, Sharp sudah melapor ke bandar udara, tempat ia bekerja penuh waktu sebagai petugas Badan Keselamatan Transportasi (TSA) tanpa digaji. Dia akan menggunakan pinjamannya itu untuk membayar sewa rumah yang sudah jatuh tempo. "Januari masih belum dibayar. Untung penyewanya pengertian," ujarnya.<br /><br />Winarti salah satu orang Indonesia yang terkena dampak penutupan ini. Suaminya bekerja di Kantor Pajak Negara. Tapi sang suami dilarang kantornya memberikan wawancara. "Bagi saya pribadi sih apa pun yang terjadi di pemerintah tidak berpengaruh," ucap perempuan yang sudah puluhan tahun tinggal di New Jersey dan punya hobi keliling dunia itu.<br /><br />Operasi bandara termasuk yang terkena dampak penutupan pemerintah ini. Menurut TSA, pegawai mereka di seluruh Amerika sekitar 50 ribu orang. Hingga Senin pekan lalu, 10 persen dari mereka tak datang atau izin sakit. Namun, TSA melaporkan, waktu antrean pemeriksaan keamanan di bandara masih dalam batas yang ditetapkan, yaitu sekitar 30 menit.<br /><br />Otoritas Bandara Internasional Philadelphia juga berusaha membantu pegawainya yang bekerja tanpa upah itu dengan menggalang donasi. Selasa pekan lalu, makanan dan barang-barang lain dikumpulkan untuk para pegawai federal yang tak digaji. Sumbangan itu termasuk kotak-kotak berisi produk dari The FruitGuys, yang menyumbangkan seribu buah dan sayuran segar setiap hari. Bandara mulai mengumpulkan sumbangan pekan lalu dan tanggapannya luar biasa. "Tenaga kerja federal kami, mereka berdedikasi, mereka berkomitmen. Mereka datang ke sini setiap hari untuk bekerja dan kami menghargai mereka," kata juru bicara Bandara, Diana Gerace.<br /><br />Belum ada masalah yang dilaporkan di Bandara Internasional Philadelphia. Namun Kepala Serikat TSA di Philadelphia, Joe Shuker, memperkirakan masalah menyebar dengan cepat jika penutupan tidak segera berakhir.<br /><br />Abdul Manan (Philly.Com, Whyy.Org, Nbc, Metro), Indah Nuritasari (Philadelphia)<br /><br />Majalah Tempo, 3 Februari 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-49829977417767365352019-01-28T17:20:00.002+07:002020-10-27T17:27:09.901+07:00Akhir Pelarian RahafPELARIAN dramatis Rahaf Mohammed al-Qunun, remaja asal Arab Saudi, dari keluarganya, akhirnya berakhir. Sempat tertahan enam hari di Bangkok, Thailand, ia akhirnya mendapat suaka dari pemerintah Kanada. “Saya berharap kisah saya mendorong perempuan lain untuk berani dan meraih kebebasan… dan ada perubahan undang-undang,” kata perempuan 18 tahun itu setiba di Kanada, Sabtu dua pekan lalu.<span><a name='more'></a></span><br />Selama beberapa pekan ke depan, Rahaf akan dibantu badan pengungsi Kanada untuk mendapatkan asuransi kesehatan dan apartemen. Ia juga harus belajar belanja bahan makanan serta naik bus dan kereta bawah tanah sendiri—hal yang belum pernah ia alami. “Saya ingin melakukan hal-hal berbeda,” ucapnya di pusat pengungsi di pusat Kota Toronto, Senin pekan lalu.<br /><br />Rahaf berasal dari Hail, kota di barat laut Arab Saudi. Dia mahasiswa tahun pertama jurusan sains dan matematika dasar sebuah universitas. Dia satu dari sepuluh anak seorang emir kaya Saudi. Menurut Irish Time, ayahnya adalah gubernur. Rahaf mengaku punya kehidupan mapan secara finansial, tapi tak memiliki kebebasan.<br /><br />Hidupnya kian sulit ketika ayahnya bertugas ke luar kota dan menempatkannya di bawah perwalian kakak laki-lakinya. Saat memotong pendek rambutnya, kata Rahaf, ia dikurung di kamar selama enam bulan. Ketika melepas jilbabnya, ia dipukul dan dikunci di kamar. Dia akhirnya memutuskan keluar dari Islam dan ingin kabur ke Australia.<br /><br />Menurut media Kanada, CBC, rencana pelarian itu dirancang beberapa bulan sebelumnya dengan bantuan empat temannya di luar negeri. Rahaf menjalin komunikasi dengan jaringan aktivis bawah tanah perempuan Saudi yang memperjuangkan kebebasan. “Saya mengenalnya sekitar setahun dan tahu dia ingin lepas dari keluarganya,” ujar seorang perempuan aktivis Saudi di Kanada.<br /><br />Rahaf berhasil mendapatkan visa turis ke Australia. Saat tengah berlibur bersama keluarganya di Kuwait, ia menyelinap pergi naik pesawat menuju Thailand. Temantemannya menyarankan dia singgah sebentar saja di Bangkok dan langsung ke Negeri Kanguru.<br /><br />Setiba di Bandar Udara Suvarnabhumi, Ahad, 6 Januari lalu, ia mengabaikan nasihat temannya dan masuk ke Thailand. Petugas Imigrasi lantas menahan paspornya dan mengatakan akan mengirimnya kembali ke negaranya karena ayahnya sangat marah.<br /><br />Rahaf lalu memesan kamar hotel di area transit dan membuat akun Twitter. Dia menghubungi sang aktivis Kanada sebelum menulis pesan pertamanya pada Ahad pagi: “Hidup saya dalam bahaya nyata jika saya dipaksa kembali ke Arab Saudi.” Dalam beberapa jam, sebuah kampanye muncul di Twitter dengan tanda pagar #Save-Rahaf. Dalam sehari, jumlah pengikutnya mencapai 45 ribu.<br /><br />Setelah itu, ia mencuit hampir tanpa henti selama lima jam. Cuitannya antara lain: “Saya Rahaf, secara resmi mencari status pengungsi ke negara mana pun yang akan melindungi saya dari cedera atau terbunuh karena meninggalkan agama dan penyiksaan dari keluarga saya. Saya mencari perlindungan khususnya dari negara berikut ini: Kanada/Amerika Serikat/Australia/Kerajaan Inggris.” Menurut sang aktivis Kanada, akun Twitter itu juga dipegang kelompoknya, yang terus memantau dan mencari bantuan ke media serta pihak lain.<br /><br />Phil Robertson, Wakil Direktur Asia untuk Human Rights Watch, lantas menghubungi Rahaf dan memberi tahu badan pengungsi Perserikatan Bangsa- Bangsa, beberapa kedutaan asing, serta otoritas Thailand. Rahaf mengurung diri di kamar karena takut dipulangkan paksa dengan Kuwait Airways. Dia menolak menemui ayahnya, yang sempat datang ke Bangkok dan membantah adanya kekerasan terhadap putrinya.<br /><br />Rahaf kemudian mengunggah videonya saat memasang barikade di pintu dan menolak membukakan pintu ketika petugas Thailand meminta masuk. Kepala Imigrasi Thailand Surachate Hakparn Senine akhirnya menggelar konferensi pers dan menyatakan Rahaf tidak akan dipulangkan karena dalam bahaya. Perwakilan Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) Giuseppe de Vincentiis kemudian tiba dan menemui Rahaf. Pada Senin malam, Rahaf diizinkan masuk ke Thailand untuk mengurus proses suakanya.<br /><br />Arab Saudi, melalui akun Twitternya, membantah kabar bahwa pihaknya meminta Rahaf diekstradisi. Namun Imigrasi Thailand menyatakan Kedutaan Besar Saudi menghubungi mereka sebelum kedatangan Rahaf.<br /><br />Meski awalnya ingin ke Australia, Rahaf memutuskan memilih Kanada karena proses permohonan suaka ke negeri itu lebih cepat. Ia akhirnya tiba di Toronto dan memulai hidup barunya.<br /><br />ABDUL MANAN (REUTERS, STRAITS TIMES, IRISH TIME, NEWS.COM.AU, AL JAZEERA, CBC)<br /><br />Majalah Tempo, 27 Januari 2019Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/14670110535915931887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-83014944156861289632019-01-14T00:05:00.001+07:002020-10-28T00:07:34.513+07:00Cara Abe Memikat Pekerja MigranUNDANG-UNDANG Pengendalian Imigrasi dan Pengakuan Pengungsi akhirnya lolos meski dihadang partai oposisi di majelis rendah dan majelis tinggi Jepang. Rincian regulasi imigrasi baru itu diungkapkan pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe, Selasa pekan lalu, dan akan efektif berlaku pada April mendatang. “Pemerintah memutuskan menerima pekerja asing (kerah biru) melalui ‘pintu depan’ untuk pertama kalinya,” kata Junichi Akashi, guru besar madya di University of Tsukuba dan pakar keimigrasian, kepada Japan Times, Senin pekan lalu.<span><a name='more'></a></span><br />Melalui regulasi ini, Jepang membuka pintu lebih lebar bagi pekerja asing yang terampil. Dalam lima tahun pertama, sebanyak 345 ribu pekerja ditargetkan masuk ke 14 sektor industri, termasuk keperawatan, kebersihan, manufaktur, perhotelan, pertanian dan perikanan, serta pemrosesan dan layanan makanan. Targetnya adalah pekerja yang berasal dari Cina, Indonesia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Thailand, Filipina, dan Vietnam.<br /><br />Pemerintah Abe menyatakan kebijakan ini hanya membuka kesempatan bagi tenaga kerja terampil untuk periode waktu tertentu. Alasan utama Abe mendorong kebijakan baru ini adalah populasi yang menua dan menurun.<br /><br />Menurut data Kementerian Kesehatan Jepang, ada 921 ribu kelahiran bayi pada 2018, turun 25 ribu dari tahun sebelumnya. Populasi saat ini sekitar 127 juta dan diprediksi turun hingga di bawah 100 juta pada 2049. Berdasarkan estimasi The Wall Street Journal, populasi Jepang menyusut lebih dari 300 ribu jiwa per tahun.<br /><br />Menurut simulasi Kementerian Ketenagakerjaan pada 2017, populasi pekerja Jepang berusia 15-64 tahun menyusut 41,4 persen, dari 77,28 juta pada 2015 menjadi 45,29 juta pada 2065. Berkurangnya populasi ini terasa di kota-kota besar, meski dampaknya lebih terlihat di kota kecil. Salah satunya di Kota Akitakata, Prefektur Hiroshima.<br /><br />Akitakata adalah daerah seluas 538,2 kilometer persegi dan terletak 800 kilometer arah barat Tokyo, ibu kota Jepang. Populasinya turun dari 30.983 pada 2014 menjadi 28.910 pada November 2018. Sekitar 40 persen penduduknya berusia 65 tahun atau lebih. Berkurangnya populasi ini membuat pabrik suku cadang mobil dan pertanian kekurangan pekerja, banyak rumah kosong, serta jalan-jalan gelap dan sepi menjelang sore.<br /><br />Menurut Wali Kota Akitakata Kazuyoshi Hamada, populasi warganya menyusut lebih dari 10 persen sejak kota ini didirikan pada 2004. Kota perdesaan ini memiliki lebih dari 600 warga non-Jepang atau sekitar 2 persen dari total populasi.<br /><br />“Mengingat rendahnya tingkat kelahiran dan populasi yang menua, ketika Anda mempertimbangkan siapa yang dapat mendukung orang tua dan operasi pabrik, kami membutuhkan orang asing,” ucap pria 74 tahun itu. Menurut dia, warga asing yang diperbolehkan tinggal lebih lama adalah solusinya.<br /><br />Akitakata, seperti kota Jepang lain, juga punya pekerja asing kerah biru. Mereka datang melalui tiga jalur: visa jangka panjang yang diberikan sejak 1990-an untuk sebagian besar warga keturunan Amerika Latin dari etnis Jepang; program pelatihan teknis, yang sering dikritik sebagai “pintu belakang” yang eksploitatif terhadap tenaga kerja asing tidak terampil; dan pelajar asing yang diizinkan bekerja hingga 28 jam seminggu, meski kenyataannya lebih dari itu. Sekitar dua pertiga warga asing saat ini adalah peserta pelatihan yang berasal dari Cina, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Sebagian besar hanya diizinkan tinggal hingga tiga tahun.<br /><br />Hamada sadar bahwa mengintegrasikan warga asing sangatlah penting. Sebuah survei pada 2017 menunjukkan 48 persen penduduk Akitakata setuju terhadap kedatangan warga asing, naik dibanding 30,8 persen dari survei 2010. “Saya pikir hidup kita akan diperkaya dengan budaya yang berbeda. Tapi orang Jepang yang tidak terampil dalam komunikasi dan bahasa adalah penghalang terbesar,” tutur Yuko Okita, 64 tahun, yang bekerja di layanan taksi lokal.<br /><br />Akitakata juga sulit menarik pekerja baru karena kecil dan cukup terpencil. “Akitakata berjalan lambat. Ini tidak cukup menarik bagi orang muda,” ujar Taniuti, pria asal Brasil yang juga ayah dua anak. “Tapi ini tempat yang bagus untuk membesarkan anak-anak.” Gayeta, 22 tahun, peserta pelatihan di sebuah pabrik suku cadang mobil, menyebutkan tak banyak yang bisa dilakukan di Akitakata seusai jam kerja. “Tidak ada tempat untuk pergi. Hanya ada yama (gunung),” katanya.<br /><br />Pada Maret tahun lalu, Wali Kota Hamada meluncurkan rencana yang membuat pekerja asing bisa tinggal lebih lama. Usul Hamada untuk menarik orang asing sebagai teijusha atau penduduk jangka panjang adalah inisiatif pertama di negeri itu. “Akitakata semacam pelopor dalam hal ini,” ucap Toshihiro Menju, direktur pelaksana lembaga penelitian Japan Center for International Exchange, di Tokyo.<br /><br />Kerisauan Hamada juga menjadi perhatian Shinzo Abe, yang sedang menggenjot perekonomian negaranya. Menurut Asia Nikkei, ekonomi Jepang secara tahunan menyusut sekitar 2,5 persen pada periode Juli-September. Abe ingin menggenjot ekonomi menjadi 600 triliun yen (US$ 5,4 triliun) pada 2020 dari kondisi saat ini sekitar 550 triliun yen. Salah satu kendalanya adalah kurangnya tenaga kerja.<br /><br />Saat pemerintah Abe mengusung regulasi baru tentang imigrasi ini, perlawanan keras datang dari oposisi. Salah satu alasan oposisi: Jepang harus memanfaatkan lebih banyak pekerja perempuan dan lanjut usia. Tapi, menurut Japan Times, 70 persen dari 37,25 juta wanita berusia 15-64 tahun sudah punya pekerjaan pada November tahun lalu. Sampai September, rasio pencari kerja dengan pelamar mencapai 1,64. Itu berarti ada 164 pekerjaan yang tersedia untuk 100 kandidat.<br /><br />Jepang mengeluarkan visa pelajar dan pelatihan kerja bagi sejumlah besar pekerja asing tidak terampil. Para pekerja tidak resmi itu mengisi 40,5 persen dari 1,28 juta pekerja asing sampai Desember 2017.<br /><br />Pemerintah Abe lalu mengajukan Undang-Undang Pengendalian Imigrasi yang kemudian disetujui majelis rendah dan majelis tinggi. “Sistem (visa kerja) ini diperlukan bagi pekerja asing berketerampilan untuk berperan lebih besar di Jepang di tengah masalah kekurangan tenaga kerja secara nasional,” tutur Abe dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, 10 Desember 2018.<br /><br />Dengan ketentuan baru ini, pekerja asing berusia 18 tahun atau lebih dapat melamar untuk dua status residensi baru. Tipe pertama untuk orang yang masuk ke bidang pekerjaan dengan pengetahuan dan pengalaman tertentu. Visa ini berlaku hingga lima tahun, tapi pemegangnya tak boleh membawa keluarga. Tipe kedua untuk peminat pekerjaan yang membutuhkan tingkat keterampilan lebih tinggi. Pekerja tipe ini diizinkan membawa keluarga dan memperpanjang masa berlaku visa berulang kali.<br /><br />Para penentang regulasi baru khawatir akan dampaknya dalam jangka panjang. Chieko Kamibayashi, profesor di Hosei University yang juga pakar keimigrasian, menyebutkan para pekerja migran akan tetap berada di Jepang meski visa mereka telah berakhir. “Kita harus khawatir terhadap ekstremisme yang bisa menjadi ancaman bagi keamanan rakyat Jepang,” ucap wirausahawan Ken Kato kepada South China Morning Post. Kosuke Oie, anggota komisi Federasi Asosiasi Pengacara Jepang, risau akan berulangnya kesalahan lama, termasuk eksploitasi pekerja asing oleh para broker.<br /><br />Pemerintah Abe berusaha menjawab sejumlah kekhawatiran itu. Dalam paket kebijakannya, ada 126 langkah yang akan diambil dengan anggaran kolektif sekitar 22,4 miliar yen. Ini termasuk pendirian sekitar 100 pusat konsultasi nasional yang memberikan dukungan dalam 11 bahasa: Jepang, Inggris, Cina, Vietnam, Korea, Spanyol, Portugis, Nepal, Indonesia, Thailand, dan Tagalog.<br /><br />Pemerintah juga berjanji memperkenalkan proses penyaringan yang lebih ketat untuk menindak para calo nakal yang mengeksploitasi pekerja asing melalui ikatan utang. Selain itu, pemerintah mengalokasikan 600 juta yen untuk program pendidikan bahasa Jepang bagi imigran non-Jepang dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar pekerja asing tidak “terkonsentrasi berlebihan di daerah perkotaan utama”.<br /><br />ABDUL MANAN (JAPAN TIMES, REUTERS, MAINICHI, GUARDIAN, SOUTH CHINA MORNING POST)<br /><br />Majalah Tempo, 13 Januari 2019<br /><br /><br /><div>TREN PENURUNAN POPULASI JEPANG 1995-2018</div><div><br /></div><div>Tahun: 1995</div><div>Akitakata: 35.821</div><div>Jepang : 125.570.246</div><div><br /></div><div>Tahun: 2000</div><div>Akitakata: 34.439</div><div>Jepang : 126.925.843</div><div><br /></div><div>Tahun: 2005</div><div>Akitakata: 33.096</div><div>Jepang : 127.767.994</div><div><br /></div><div>Tahun: 2010</div><div>Akitakata: 31.487</div><div>Jepang : 128.057.352</div><div><br /></div><div>Tahun: 2015</div><div>Akitakata: 29.488</div><div>Jepang : 127.094.745</div><div><br /></div><div>Tahun: 2018</div><div>Akitakata: 28.122</div><div>Jepang : 126.440.000</div><div><br /></div><div>BAHAN: DIOLAH DARI WWW.CITYPOPULATION.DE</div>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-79501356360862391062018-12-31T17:35:00.003+07:002020-10-27T17:37:50.553+07:00Aset Raksasa Sang AyatullahDEPARTEMEN Luar Negeri Amerika Serikat memperingati Hari Antikorupsi Sedunia, 9 Desember lalu, dengan membuat tiga cuitan khusus tentang Iran, musuh bebuyutan negeri itu. Departemen menyebutkan banyak orang Iran yang merasa frustrasi terhadap kondisi ekonominya setelah Amerika mundur dari kesepakatan nuklir dengan Iran dan kembali memberlakukan sanksi ekonomi. Tapi, “Pemerintah mereka penuh dengan orang munafik yang korup. Lihatlah Sadegh Mahsouli—Jenderal Miliarder.”<span><a name='more'></a></span><br />Mahsouli memenangi kontrak proyek konstruksi dan minyak dari bisnis Garda Revolusi Islam Iran (IRGC). Ia adalah perwira Garda dan menteri pada masa kepresidenan Mahmud Ahmadinejad. Dia berubah dari seorang perwira miskin di akhir perang Iran-Irak pada 1988 menjadi salah satu orang terkaya di negara itu.<br /><br />Departemen Luar Negeri juga menyentil Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei: “Ayatullah Khamenei memiliki dana perwalian yang berada di negara bebas pajak bernilai miliaran.” Amerika tak merinci aset itu, tapi soal dana besar di bawah kontrol Khamenei ini pernah menjadi subyek investigasi kantor berita Reuters selama enam bulan dan laporannya dipublikasikan pada November 2013.<br /><br />Hasil investigasi menunjukkan Khamenei mengendalikan kerajaan bisnis senilai sekitar US$ 95 miliar melalui Setad Ejraiye Farmane Hazrate Emam atau Markas Eksekutif Instruksi Imam. Badan usaha milik negara ini dibentuk pemimpin pertama Republik Islam Iran, Ayatullah Ruhollah Khomeini, sesaat sebelum kematiannya pada 1989. Badan ini mengelola dan menjual properti yang ditinggalkan pada tahun-tahun kacau setelah Revolusi Islam 1979.<br /><br />Menurut salah satu pendirinya, Setad didirikan guna membantu para veteran perang yang miskin dan dimaksudkan untuk ada hanya selama dua tahun. Selama hampir seperempat abad, menurut Reuters, Setad berubah menjadi raksasa bisnis dengan real estate, saham, dan aset lain. Reuters memperkirakan kekayaan Setad mencapai US$ 95 miliar, terdiri atas sekitar US$ 52 miliar dalam real estate dan US$ 43 miliar dalam kepemilikan perusahaan. Jumlah ini lebih besar dibanding total ekspor minyak Iran pada 2013 yang hanya US$ 67,4 miliar.<br /><br />Badan ini telah memainkan peran penting di Iran. Menurut Reuters, salah satu lembaga perwalian amal di bawah Setad adalah bonyad, yang berfungsi sebagai jaring pengaman penting selama dan seusai perang Iran-Irak pada 1980-1988 untuk membantu veteran yang cacat, janda, anak yatim, dan orang miskin. Putra salah seorang tentara yang tewas dalam perang mengungkapkan, Bonyad Shahid (Yayasan Martir) menyediakan akomodasi, upah, dan kebutuhan rumah tangga keluarganya.<br /><br />Reuters mencatat, di bawah Khamenei, Setad memperluas aset dengan membeli saham puluhan perusahaan Iran, baik swasta maupun publik. Departemen Keuangan Amerika, Juni lalu, memberlakukan sanksi terhadap Setad dan menyebut organisasi itu sebagai “jaringan besar perusahaan yang menjadi penyamaran untuk menyembunyikan aset atas nama kepemimpinan Iran”.<br /><br />Kantor Presiden Iran dan kementerian luar negeri tidak menjawab permintaan tanggapan dari Reuters. Adapun Direktur Jenderal Hubungan Masyarakat Setad Hamid Vaezi mengatakan informasi yang disajikan itu “jauh dari kenyataan dan tidak benar”.<br /><br />Dalam sebuah editorial pada 19 November 2018, kantor berita Iran, IRNA, menuding liputan Reuters mengenai Setad palsu dan merupakan upaya “menciptakan keraguan di antara orang-orang tentang itu dan menghancurkan kepercayaan orang-orang terhadap institusi populer yang melayani Republik Islam”.<br /><br />Menurut Reuters, tidak ada bukti bahwa Khamenei menggunakan Setad untuk memperkaya diri sendiri. Tapi badan ini telah membuatnya lebih perkasa secara politik. Aliran pendapatan Setad tak hanya berkontribusi membuatnya bertahan selama 24 tahun, tapi juga dalam beberapa hal membuatnya memiliki kendali lebih besar atas pemerintah daripada pendahulunya, Ayatullah Khomeini.<br /><br />ABDUL MANAN (REUTERS, AL-ARABIYA, THE TELEGRAPH)<br /><br />Majalah Tempo, 30 Desember 2018Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/14670110535915931887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-8172053232330132742018-12-10T00:26:00.001+07:002020-10-28T00:29:17.640+07:00Emoji Pisau dari BeijingKEPOLISIAN dari 129 negara yang tergabung dalam Interpol berkumpul dalam kongres tahunan di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu dua pekan lalu. Ini konferensi yang tak biasa untuk memilih Presiden Interpol baru setelah Meng Hongwei, pemimpin sebelumnya, menghilang dan belakangan ternyata ditahan pemerintahnya sendiri, Cina.<span><a name='more'></a></span><br />Kim Jong-yang, Kepala Kepolisian Daerah Gyeonggi, Korea Selatan, akhirnya terpilih sebagai Presiden Interpol setelah ia mengalahkan Alexander Prokopchuk, bekas pejabat tinggi Kementerian Dalam Negeri Rusia. Kim akan menyelesaikan masa jabatan Meng Hongwei, yang akan berakhir pada 2020. Interpol adalah lembaga internasional yang memfasilitasi kerja sama polisi di dunia.<br /><br />Mulanya nama Prokopchuk mencuat pada masa pencalonan. Menguatnya nama tokoh intelijen jagoan Presiden Rusia Vladimir Putin ini membuat sejumlah negara Barat, termasuk Amerika Serikat, khawatir Interpol akan dimanfaatkan. Mereka lalu berusaha mencegahnya menjadi orang nomor satu di Interpol. Tapi Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock menepis kekhawatiran itu. “Tidak peduli apa kewarganegaraannya, itu tidak mempengaruhi netralitas Interpol dan kemandirian organisasi ini,” kata Stock.<br /><br />Terpilihnya Kim sebagai ketua baru Interpol masih menyisakan masalah mengenai nasib Meng Hongwei. Meski ia diakui ditahan pemerintah Cina, tidak jelas lokasi penahanannya. Masalah lain, Stock menambahkan, Interpol dilarang menyelidiki kasus Meng karena, “Kami bukan badan penyelidik.”<br /><br />Wakil Menteri Keamanan Umum Cina itu menjadi Presiden Interpol lewat Sidang Umum Interpol 2016. Setelah ia terpilih, sejumlah media pemerintah menyebut hal itu sebagai konfirmasi bahwa Cina mendapat pengakuan internasional dan rasa hormat di bawah Presiden Xi Jinping. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, saat itu menyatakan naiknya Meng merupakan respons positif dari sejumlah besar negara anggota Interpol.<br /><br />“Cina belum lama menjadi anggota Interpol dan pemilihan Meng Hongwei sebagai kepalanya tidak diragukan lagi terkait dengan peran Cina yang makin penting beberapa tahun terakhir dalam melindungi keamanan regional dan global,” tulis surat kabar Cina, Beijing Youth Daily.<br /><br />Lebih dari setahun lalu, Meng juga memimpin sidang umum anggota Interpol di Beijing. Presiden Xi Jinping menyampaikan pidato pembukaan dalam acara itu. Menurut kantor berita resmi Cina, Xinhua, Xi memuji organisasi ini dan menyatakan, “Cina bersedia berbagi pengalaman dalam tata kelola keamanan dengan setiap negara di dunia.”<br /><br />Meng punya karier panjang di badan keamanan Cina. Lulusan hukum dari Peking University ini menduduki posisi wakil menteri di Kementerian Keamanan Umum sejak 2004. Dalam biodata di situs Interpol disebutkan Meng berpengalaman hampir 40 tahun dalam peradilan pidana dan kepolisian, pengawasan lembaga hukum, pengendalian narkotik, kontraterorisme, kontrol perbatasan, imigrasi, serta kerja sama internasional.<br /><br />Ia juga memegang peran penting selama satu dekade di bidang kontraterorisme. Sebagai Ketua Badan Antiteroris Regional Organisasi Kerja Sama Shanghai, Meng menjadi panglima tertinggi untuk dua latihan kontraterorisme bersama negara-negara anggota di wilayah barat jauh Xinjiang, yakni pada 2006 dan 2011.<br /><br />Meng juga merupakan direktur jenderal pertama Pasukan Penjaga Pantai Cina, yang didirikan pada 2013 dengan penggabungan empat badan maritim lain. Kapal-kapal penjaga pantai yang besar tapi relatif ringan telah digunakan Beijing untuk menegaskan klaim teritorial di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan yang disengketakan. Ketegangan di kawasan itu meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.<br /><br />Menurut New York Times, sinyal awal masalah yang menghadang Meng sebenarnya muncul pada April lalu. Saat itu Kementerian Keamanan Umum menyatakan Meng tidak lagi menjadi anggota komite Partai Komunis yang mengawasi kementerian tersebut. Perkembangan ini memicu spekulasi bahwa ia sedang punya masalah. Tapi hal itu tidak muncul mencolok di media karena hingga Agustus lalu ia masih menerima tamu resmi di Beijing.<br /><br />Masalah yang dihadapi Meng mulai mencuat setelah ia terbang dari Lyon, Prancis, lokasi kantor pusat Interpol, ke Beijing dengan alasan tak begitu jelas, 25 September lalu. Tak berselang lama, istrinya, Grace, mendapat pesan melalui media sosial dari sang suami. “Tunggu panggilan telepon saya,” begitu pesan Meng. Pesan itu diikuti kiriman emoji pisau beberapa menit kemudian. Grace, dalam pernyataan singkat kepada wartawan di Lyon, menafsirkan emoji pisau itu sebagai tanda bahwa Meng dalam bahaya.<br /><br />Interpol, menurut Juergen Stock, mengetahui hilangnya Meng pada 5 Oktober lalu melalui berita media yang memuat laporan Grace kepada polisi. Interpol lantas meminta klarifikasi kepada kontaknya di Beijing. Dua hari kemudian, delegasi tingkat tinggi Cina datang ke markas Interpol di Lyon dan melaporkan bahwa Meng telah menulis surat pengunduran diri.<br /><br />Saat ditanyai apakah Interpol yakin surat itu benar ditulis Meng atau dibuat tanpa paksaan, Stock mengatakan, “Tidak ada alasan bagi saya untuk menduga bahwa ada sesuatu yang dipaksakan atau salah (dari surat itu).” Interpol tampaknya menerima penjelasan delegasi Cina tersebut dan mengumumkan secara terbuka malam itu bahwa Meng mengundurkan diri tanpa berkomentar tentang mengapa atau apa yang terjadi.<br /><br />Kepastian nasib Meng diketahui publik setelah Kementerian Keamanan Umum melansir pernyataan di laman situsnya pada 8 Oktober lalu. Kementerian menyatakan Meng terjerat kasus korupsi dan pelanggaran undang-undang, yang sangat membahayakan partai dan kepolisian. Kementerian menambahkan, mereka akan membentuk gugus tugas untuk menyelidiki siapa pun yang dicurigai menerima suap bersama Meng. Kasus Meng ditangani lembaga antikorupsi Komisi Pengawas Nasional (NSC).<br /><br />Tak lama setelah NSC mengumumkan penyelidikannya, Menteri Keamanan Umum Zhao Kezhi menggelar pertemuan Partai Komunis. Zhao menyatakan mendukung sepenuhnya penyelidikan terhadap Meng dan menjanjikan kesetiaan politik mutlak kepada Presiden Xi Jinping serta pimpinan partai.<br /><br />Namun, hingga pekan lalu, Cina belum menjelaskan kejahatan yang dituduhkan kepada Meng. “Penyelidikan masih berlangsung dan rincian lebih lanjut mungkin terungkap saat penyelidikan,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lu Kang.<br /><br />Ihwal tuduhan korupsi terhadap suaminya, Grace menyatakan tidak percaya. Ia yakin Meng menjadi target “persekusi politik”.<br /><br />Penangkapan Meng memicu berbagai spekulasi. Steve Tsang, Direktur SOAS China Institute di London, menyebutkan, mengingat senioritas Meng, keputusan apa pun untuk menahannya pasti berasal dari tingkat tertinggi pemerintah Cina. “Kebijakan luar negeri Cina diperlukan, pertama dan terutama, untuk melayani kepentingan Partai Komunis,” katanya.<br /><br />Andrew Wedeman, ilmuwan politik dari Georgia State University, Amerika Serikat, yang mempelajari korupsi di Cina, mengatakan upaya pemberantasan korupsi Xi tampaknya mendingin setelah mencapai puncaknya pada 2015. Namun, dia melanjutkan, Xi masih memburu para “macan”—sebutan untuk pejabat senior yang tersangkut korupsi. Dalam hitungan Wedeman, Cina sudah menjatuhkan 17 macan sejauh ini. “Meng akan menjadi macan nomor 18,” ujarnya.<br /><br />ABDUL MANAN (NEW YORK TIMES, SOUTH CHINA MORNING POST, REUTERS, WASHINGTON POST)<br /><br />Majalah Tempo, 9 Desember 2018Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-34191921333153438462018-11-19T15:33:00.000+07:002020-10-24T15:39:12.356+07:00Air Keras untuk Kateryna<div style="text-align: left;">PENYIRAMAN dengan air keras tak sepenuhnya membungkam aktivis antikorupsi Ukraina, Kateryna Viktorivna Handziuk. Di tengah-tengah menjalani perawatan atas luka bakarnya, September lalu, ia berbicara kepada stasiun televisi Ukraina, Hromadske, soal serangan terhadap setidaknya 14 aktivis dalam setahun ini. ”Begitu banyak serangan dalam waktu singkat tanpa hukuman dan polisi bersikap diam. Kita harus berbicara keras tentang ini kepada Bankova (Kantor Kepresidenan Ukraina),” katanya. <span><a name='more'></a></span><br /><br />Perempuan 33 tahun ini juga mengungkapkan serangan yang dialaminya pada 31 Juli lalu, saat seorang pria menyiramkan air asam ke arahnya ketika ia keluar dari apartemennya di Kota Kherson. Kepala staf di Kantor Wali Kota Kherson ini menyebut serangan itu sebagai percobaan pembunuhan, ”Karena mereka menuangkan asam ke kepalaku. Jika mereka ingin menakut-nakutiku, itu akan dilakukan di bagian lengan, kaki, atau wajah.”<br /><br />Kateryna tak sempat melihat penyerangnya diadili atau dipenjara. Luka akibat siraman air keras itu menyebabkan sekitar 40 persen tubuhnya melepuh. Dia harus menjalani 11 kali operasi dan banyak melakukan cangkok jaringan kulit untuk mengganti kulit yang terbakar. Setelah menahan rasa sakit selama 96 hari, Kateryna akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Ahad pekan lalu akibat komplikasi dari luka-lukanya.<br /><br />Kematian Kateryna memicu protes masyarakat Ukraina dan internasional. Ratusan orang berkumpul di depan kantor Kementerian Dalam Negeri Ukraina di Kiev, Senin pekan lalu, menuntut agar pelaku dan dalang penyerangannya diadili. Komisioner Eropa untuk Kebijakan Lingkungan Johannes Hahn mengatakan, ”Serangan terhadap aktivis masyarakat sipil tidak dapat diterima. Pelaku kejahatan kejam ini harus dibawa ke pengadilan.”<br /><br />Apa yang terjadi pada Kateryna Handziuk mengingatkan pada kasus Novel Baswedan di Indonesia. Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ini disiram air keras di bagian wajahnya pada 4 April 2017, tapi polisi tak kunjung menemukan pelakunya. Penyiraman ini diduga karena keterlibatannya dalam penyelidikan sejumlah kasus korupsi yang melibatkan korps berseragam cokelat. ”Ini serupa dengan kasus saya. Polanya juga sama: dia mengadvokasi laporan korupsi yang dilakukan oleh polisi lokal,” ujar Novel, Selasa pekan lalu.<br /><br />l l l<br /><br />KATERYNA Handziuk lahir pada 17 Juni 1985 di Kota Kherson. Dia lulus dari Universitas Ekonomi Nasional pada 2008 dan Akademi Administrasi Publik Nasional di Kiev pada 2016. Semasa duduk di bangku kuliah, Kateryna aktif di partai politik Fatherland dan sempat menjadi pemimpin sayap pemudanya. Pada 2006, ia terpilih menjadi wakil dewan regional dari Kherson Oblast dan Dewan Kota Kherson untuk partai Fatherland serta menjadi penasihat Wali Kota Kherson.<br /><br />Saat terjadi Revolusi Oranye, Kateryna terlibat aktif. Revolusi ini merupakan serangkaian protes pada akhir November 2004-Januari 2005 setelah putaran kedua pemilihan Presiden Ukraina 2004 dinodai oleh korupsi, intimidasi terhadap pemilih, dan kecurangan. Dia juga aktif dalam Revolusi Ukraina 2014, yaitu rangkaian peristiwa yang berujung pada tersingkirnya Presiden Viktor Yanukovych.<br /><br />Pada pemilihan lokal 2015, Kateryna ikut membantu terpilihnya Volodymyr Mykolayenko dalam pemilihan Wali Kota Kherson. Mykolayenko memintanya menjadi bagian dari Pemerintah Kota Kherson. Kateryna sangat dikenal di Kherson karena komentar di akun Facebooknya yang blakblakan tentang korupsi di daerahnya. ”Dia sering mengatakan kepada saya bahwa jika seseorang adalah bajingan, dia akan menyebutnya bajingan,” kata Mykolayenko.<br /><br />Dari sekian lembaga publik, kepolisian adalah salah satu sasaran utama kritiknya. Pada September 2017, Kateryna menuding bahwa Artem Antoshchuk, yang kemudian memimpin departemen kepolisian untuk penyelidikan kejahatan ekonomi di Kherson Oblast, meminta 3 persen pembayaran dari 30 persen anggaran kota yang diduga dicuri oleh pemerintah kota. ”Tidak ada gunanya mengeluh kepada penegak hukum karena di Kherson semuanya begitu busuk sehingga setiap keluhan, pernyataan, atau investigasi bisa bocor dengan harga US$ 100-500,” tulisnya di Facebook.<br /><br />Pernyataan Kateryna itu memicu kemarahan polisi, yang kemudian menggeledah kantornya. Antoshchuk juga membawa kasus itu ke pengadilan dengan gugatan pencemaran nama. Pengadilan di Kherson mengambil putusan ambigu karena Antoshchuk dinyatakan tidak terbukti melakukan korupsi, tapi Kateryna juga tidak wajib meminta maaf. Tak berselang lama, Antoshchuk dipindahkan dari Kherson ke kepolisian pusat di Kiev.<br /><br />Jurnalis yang juga kolega Kateryna, Nikitenko, mengatakan pemindahan itu merugikan Antoshchuk. ”Di Kiev, dia salah satu dari sekian banyak (pejabat). Tapi di sini dia adalah orang yang sangat berpengaruh. Dia mendapatkan uang besar, mendapatkan imbalan dari hampir setiap transaksi korup,” ucapnya. Nikitenko yakin kritik temannya itulah yang menyebabkan pemindahan Antoshchuk tersebut. Antoshchuk tidak menanggapi permintaan konfirmasi dari Kyiv Post.<br /><br />Kateryna juga terlibat konflik dengan Ihor Pastukh, kepala cabang Ukrtrasbezpeka, badan negara yang mengontrol jalur transportasi yang melalui kota. Ia mengkritik Pastukh karena tutup mata terhadap truk yang melewati Kherson tanpa izin dan bus yang membawa orang ke Crimea tanpa membayar pajak. Nikitenko mengatakan Pastukh ”mendapat pemasukan lumayan dari transportasi kargo (ilegal) dan memperoleh imbalan untuk itu”.<br /><br />Menurut Kyiv Post, perselisihan dengan sejumlah pejabat lokal itulah yang diduga menjadi motif serangan air keras terhadap Kateryna dan membuat polisi enggan menyelidiki kasus ini secara serius. Awalnya polisi menangkap Mykola Novikov, 3 Agustus lalu, sebagai tersangka. Tapi dia diyakini cuma kambing hitam karena tidak berada di Kherson pada saat serangan terjadi. Pada 22 Agustus, polisi membebaskan Novikov. Belakangan, diketahui bahwa polisi membujuknya untuk mengaku berada di Kherson pada hari penyerangan. Sebagai gantinya, kasus Novikov yang lain, yaitu pencurian, tak akan diproses.<br /><br />Tak berselang lama, para penyelidik mengidentifikasi lima tersangka baru. Semuanya mantan pejuang Tentara Relawan Ukraina, sebuah cabang dari kelompok nasional Sektor Kanan. Mereka adalah Sergiy Torbin, Viktor Horbunov, Volodymyr Vasianovych, Vyacheslav Vyshnevsky, dan Mykyta Hrabchuk. Menurut penyelidikan polisi, Sergiy Torbin, mantan perwira polisi, mengorganisasi serangan itu dengan mengajak empat rekannya tersebut dan menyebut Kateryna sebagai ”pejabat korup dengan pandangan pro-Rusia”.<br /><br />Dalam pengakuannya kepada polisi, Horbunov mengaku diperintahkan membeli dua botol asam sulfat pada 6 Juli lalu dan menerima uang US$ 300 dari Torbin. Adapun Vyshnevsky dan Vasianovych berperan memberi isyarat kepada temannya saat Kateryna keluar dari tempat tinggalnya pada pagi nahas itu. Hrabchuk kebagian tugas menyiramkan asam. Ketiganya mengaku menerima uang US$ 500. Semua tersangka mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan ini, kecuali Torbin. Tapi Torbin membenarkan bahwa dia sudah menyewa rumah di Oleshky, kota dekat Kherson, tempat anggota tim pembunuh itu tinggal.<br /><br />Meskipun keempat tersangka mengaku dibayar untuk menyerang Kateryna, polisi tidak menyelidiki kasus tersebut sebagai upaya pembunuhan bayaran. Pengacara dan kolega Kateryna mencurigai polisi dan jaksa Kherson mencoba menggambarkan kasus ini sebagai dendam pribadi tanpa motif politik dan membingkai Torbin sebagai dalang serangan.<br /><br />Polisi mengklaim bahwa mereka sudah melakukan penyelidikan dan kasusnya akan segera ke pengadilan. ”Jika tahanan terbukti bersalah, mereka menghadapi 15 tahun penjara atau penjara seumur hidup,” kata Kepala Kepolisian Nasional Serhiy Knyazev. Juru bicara polisi Kherson, Vitaliy Baidarov, menyangkal kabar bahwa mereka bermasalah dengan Kateryna dan penyelidikan kasus ini ”tanpa bias”.<br /><br />Menurut Yevhenia Zakrevska, pengacara Kateryna, jika kasus itu diajukan ke pengadilan dengan cara ini, akan sulit mencari siapa dalangnya. ”Kantor kejaksaan Kherson Oblast memahami ini dengan baik dan itulah yang mereka inginkan,” ujarnya. Pengacara lainnya, Masi Nayem, yakin penyelidikan kasus ini disabotase. ”Saya yakin polisi tahu nama dalangnya dengan sangat baik, tapi mereka tidak berani mengakuinya.”<br /><br />ABDUL MANAN (KYIV POST, UNIAN.INFO, OPINIONUA. COM, THE GUARDIAN)<br /><br />Majalah Tempo, edisi 18 November 2018</div>Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/14670110535915931887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-57156855167834253162018-08-27T00:15:00.001+07:002020-10-28T00:17:41.549+07:00Dari Balik Gedung Minim JendelaBANGUNAN 20 lantai berbentuk kubus dengan jendela-jendela sempit itu tegak di 4211 Bryan Street, Distrik Old East, Dallas. Kantor AT&T, perusahaan telekomunikasi terkemuka Amerika Serikat, yang hanya punya satu pintu masuk dan beberapa jendela itu termasuk gedung tertinggi di kawasan tersebut.<span><a name='more'></a></span><br />Di gedung itulah Badan Keamanan Nasional (NSA), lembaga intelijen persinyalan Amerika Serikat, mengintai kegiatan berinternet orang-orang di seluruh dunia. Program bernama sandi Fairview itu dimulai pada 2003 dan dibongkar Edward Snowden, ahli teknologi informasi yang dikontrak NSA, pada 2015.<br /><br />Dua wartawan The Intercept, media investigasi yang mendapat ribuan dokumen bocoran Snowden, melacak pusat-pusat pengintaian NSA. Akhir Juni lalu, mereka mengidentifikasi delapan gedung AT&T yang menjadi pusat kegiatan NSA. Fasilitas itu berada di Atlanta, Chicago, Dallas, Los Angeles, New York, San Francisco, Seattle, dan Washington, DC. ”Setumpuk bukti menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan pusat dari inisiatif pengintaian NSA, yang bertahun-tahun memantau miliaran surat elektronik, panggilan telepon, dan obrolan online yang melintasi Amerika,” tulis The Intercept.<br /><br />Temuan ini cukup mengejutkan bagi pembela kebebasan sipil. Elizabeth Goitein, Wakil Direktur Program Keamanan dan Kebebasan Nasional di Brennan Center for Justice, menyebutkan laporan The Intercept itu telah membuka mata atas ”fakta yang tidak menggembirakan” karena terjadi di ”halaman belakang rumah sendiri”.<br /><br />Berbeda dengan operasi rahasia lain, dalam Fairview, NSA hanya bekerja sama dengan AT&T. Menurut The Intercept, perusahaan itu memiliki jaringan besar sehingga sering digunakan oleh operator lain untuk mengangkut data kebutuhan pelanggan mereka. Rekanan itu termasuk raksasa telekomunikasi Sprint, Cogent Communications, dan Level 3 serta perusahaan asing Telia (Swedia), Tata Communications (India), Italia Telecom (Italia), dan Deutsche Telekom (Jerman).<br /><br />Dengan mengintai di delapan fasilitas tersebut, kata mantan teknisi AT&T, Mark Klein, NSA tidak hanya mengumpulkan data pelanggan dari perusahaan telekomunikasi yang bermarkas di Dallas itu, tapi juga ”mendapatkan semua data yang dipertukarkan antara jaringan AT&T dan perusahaan lain”. Klein menyebutnya sebagai ”titik efisien pengintaian di Internet”.<br /><br />Sebanyak 99 persen lalu lintas Internet antarbenua dunia disalurkan melalui ratusan kabel serat optik raksasa bawah laut. Sebagian besar data itu melintasi Amerika karena lokasinya yang strategis: di antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Selain itu, perusahaan Internet Amerika unggul dalam memberikan layanan global. NSA, dalam dokumen rahasianya, menyebut hal itu sebagai keuntungan geografis. ”Panggilan telepon, surat elektronik, atau obrolan target akan mengambil jalur termurah, bukan jalur yang secara fisik paling langsung,” tulis NSA.<br /><br />Setiba di Amerika, data itu diproses oleh perusahaan setempat. Itulah sebabnya NSA memerlukan AT&T, perusahaan yang hingga Maret lalu menangani data e-mail, panggilan telepon, dan obrolan Internet sekitar 197 juta gigabita setiap hari. Jumlah itu sebanding dengan sekitar 49 triliun halaman teks atau 60 miliar file musik MP3.<br /><br />Juru bicara NSA, Christopher Augustine, menyatakan tidak dapat mengkonfirmasi ataupun menyangkal peran lembaganya dalam dugaan kegiatan intelijen rahasia. Ia menolak menjawab pertanyaan tentang fasilitas AT&T. Tapi ia menyatakan NSA ”melaksanakan misi intelijen sinyal terhadap pihak asing di bawah otoritas hukum yang ditetapkan Kongres dan terikat oleh kebijakan serta hukum untuk melindungi privasi dan kebebasan sipil orang Amerika”.<br /><br />ABDUL MANAN (THE INTERCEPT, NEW YORK TIMES)<br /><br />Majalah Tempo, 26 Agustus 2018<br /><br />Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-24805671.post-35032308183413310512018-07-23T00:18:00.001+07:002020-10-28T00:20:57.091+07:00Doa Panjang di Tham LuangPEERAPAT Sompiangjai ditunggu orang tua dan sanak saudaranya seusai latihan sepak bola, 23 Juni itu. Keluarga telah menyiapkan kue untuk ulang tahunnya yang ke-16. Kerabatnya juga siap menghujani Peerapat dengan hadiah ketika dia melewati pintu rumahnya. Hanya, anak laki-laki yang memiliki nama panggilan Night itu tak kunjung pulang dari latihan bersama tim sepak bolanya, Wild Boars.<span><a name='more'></a></span><br />Keluarga mulai khawatir setelah keesokan harinya juga tak ada kabar dari Peerapat. Mereka lantas bertanya kepada keluarga dari 11 rekan anaknya, yang ternyata bernasib sama. Mereka pun melaporkan kehilangan anak-anaknya itu kepada aparat setempat. Tak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa anak-anak itu kemungkinan besar ada di gua Tham Luang, yang terletak di Provinsi Chiang Rai.<br /><br />Otoritas setempat menemukan sepeda, sepatu bola, dan barang pribadi anggota tim Wild Boars yang berjejer tak jauh dari mulut gua. Otoritas juga mengetahui bahwa Ekkapong Chanwong, 25 tahun, asisten pelatih tim sepak bola, memimpin anak-anak itu melakukan ekspedisi ke dalam gua. Saat mereka menjelajahi labirin bawah tanah gua, hujan lebat turun dan membanjiri semua jalan keluar. Mereka menghindar dari air yang meluap dengan masuk lebih dalam dan berhenti di tepian gua yang kering.<br /><br />Tham Luang memiliki panjang 10 kilometer. Selain merupakan salah satu gua terpanjang di Thailand, Tham Luang paling sulit dinavigasi karena jalurnya meliuk-liuk dengan lorong-lorong yang sempit. Penduduk sudah diperingatkan agar mengingat musim saat hendak masuk gua. Di luar gua tertulis peringatan agar pengunjung tidak memasuki gua selama musim hujan antara Juli dan November.<br /><br />Ekkapong dan anggota tim Wild Boars memang membawa senter, tapi energinya habis seperti halnya nasib persediaan makanan ringan yang mereka bawa. Dengan makanan yang menipis dan berhari-hari dalam gelap, mereka baru ditemukan sembilan hari kemudian dan diselamatkan semuanya pada Selasa pekan lalu. "Kami tidak yakin apakah ini keajaiban, ilmu pengetahuan, atau apa. Tiga belas anggota tim Wild Boars sekarang keluar dari gua," tulis Navy SEAL Thailand dalam media sosialnya seusai operasi penyelamatan.<br /><br />l l l<br /><br />SAAT para pemain tim sepak bola Wild Boars terjebak di dalam gua, Narongsak Osottanakorn mendekati akhir masa jabatannya sebagai Gubernur Chiang Rai. Ia menjadi ketua tim penyelamat, memimpin Navy SEAL Thailand serta pasukan penyelamat dan penyelam dari berbagai negara. Tim internasional itu bergabung setelah kabar pencarian anak-anak di dalam gua tersebar luas. Selain meminta bantuan tim sukarela, pemerintah Thailand meminta bantuan Amerika Serikat dan Inggris. Amerika mengirimkan personel dari pangkalannya di Okinawa, Jepang. Inggris mengirimkan tim penyelamat, termasuk penyelam senior John Volanthen dan Richard Stanton.<br /><br />Saat pencarian di dalam gua berlanjut, ahli geologi mulai mengebor gua dari luar, mencari bukaan lahan tersembunyi atau area yang tampak menjanjikan untuk menggali kemungkinan membangun jalan keluar darurat. Namun tim penyelamat segera menyadari bahwa gua itu terlalu dalam dan bebatuannya terlalu tebal untuk menciptakan jalan keluar alternatif bagi mereka yang terperangkap.<br /><br />Setelah melakukan pencarian selama sembilan hari, kabar baik datang pada 2 Juli. Saat itu penyelam John Volanthen dan Richard Stanton memasang tali pengaman di area gua. Keduanya melewati sebuah "T-junction", salah satu celah sempit yang lebarnya hanya sekitar 38,1 sentimeter. Setelah melewati kolam air bernama Pattaya Beach, yang jaraknya 4 kilometer dari mulut gua, keduanya terkejut melihat 12 anak-anak dan pelatih mereka berkerumun di dataran gua yang kering dalam kegelapan.<br /><br />"Ada berapa orang bersamamu?"<br />"Tiga belas," kata seorang anak.<br /><br />Penyelam Inggris itu lantas memberi tahu bahwa anggota tim penyelamat lain akan segera datang. Ketika kabar penemuan ini sampai di pangkalan operasi penyelamatan, suasana euforia meledak, meski tak berumur lama. Setelah lokasi ditemukan, pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana mengeluarkan anak-anak yang sebagian besar tidak bisa berenang dan tak punya pengalaman menyelam itu melewati celah gua yang sempit dan penuh air.<br /><br />Chiang Rai juga diprediksi mengalami hujan lebat, yang akan membuat banyak area gua tergenang dan lebih menyulitkan upaya penyelamatan. Kadar oksigen di dalam gua pun terus turun dan itu bisa membahayakan. "Kami berjuang melawan waktu dan air untuk menyelamatkan 13 nyawa ini," ujar Narongsak Osottanakorn.<br /><br />Sambil mencari alternatif cara penyelamatan, tim berusaha memompa ribuan galon air setiap hari keluar dari gua untuk mengurangi genangan. Penyelamat lain menggunakan palu untuk memperlebar sejumlah celah sempit di dalam gua agar tidak terlalu rumit dilalui saat operasi penyelamatan.<br /><br />Anak-anak dan pelatihnya yang kehabisan makanan diberi jatah ransum militer, seperti kue keping cokelat, biji kopi berlapis cokelat, dan paket gel berprotein tinggi. Tiga anggota Navy SEAL dan seorang tenaga medis ditempatkan bersama mereka untuk mengobati luka-luka ringan dan menenangkannya. Para teknisi juga berusaha memasang saluran komunikasi ke "ruang sembilan"-sebutan untuk tempat anak-anak itu ditemukan-agar terhubung dengan dunia luar.<br /><br />Bagi Narongsak, yang paling mengkhawatirkan adalah cuaca. Musim hujan di utara Thailand berlangsung mulai Mei hingga November. Laporan cuaca memperkirakan di wilayah Chang Rai segera turun hujan lebat. Beberapa pejabat menyarankan agar menunggu sampai cuaca membaik dan gua itu kering sehingga anak-anak dan pelatih mereka bisa keluar tanpa harus melakukan penyelaman.<br /><br />Ide itu akhirnya tidak dipilih karena kadar oksigen menurun drastis di dalam gua. Upaya menyuplai anak-anak itu dengan persediaan makanan untuk bertahan hidup selama berminggu-minggu juga bukan opsi yang bisa terus dilakukan. Tim makin terpacu untuk melakukan operasi penyelamatan setelah penyelam sukarela yang pensiunan Navy SEAL Thailand, Saman Gunan, meninggal seusai operasi mengirimkan tangki udara tambahan di dalam gua. "Awalnya kami pikir anak-anak itu bisa di sana lebih lama... tapi sekarang situasinya berubah. Kami memiliki waktu yang terbatas," kata Komandan Navy SEAL Thailand Apakorn Yookongkaew.<br /><br />Tim memang berusaha mengurangi air dengan memompanya keluar, tapi jumlah air terlalu banyak. Narongsak Osottanakorn mengatakan air benar-benar naik di bagian tengah gua dan itu bisa menutup lebih banyak lorong yang mengarah ke tempat anak-anak dan pelatih Wild Boars berada. Pada 7 Juli, tim membuat keputusan soal rencana penyelamatan: membawa anak-anak dan pelatih itu keluar satu per satu bersama para penyelam. Itu adalah satu-satunya pilihan terbaik yang mereka miliki.<br /><br />Keesokan harinya, pukul 10 pagi waktu setempat, 19 penyelam memasuki gua dengan 70 penyelamat lainnya dan tim medis yang ditempatkan secara strategis di atas rentang sekitar 4 km dari mulut gua ke tempat anak-anak dan pelatih itu menunggu untuk diselamatkan. Tabung oksigen ditempatkan lebih dulu di sepanjang rute evakuasi untuk mengisi persediaan bila diperlukan.<br /><br />Satu per satu, anak-anak itu dilengkapi pakaian selam. "Seorang bocah laki-laki sangat kecil sehingga pakaian khusus harus dibuat untuknya," ujar Bill Whitehouse, Wakil Ketua Komite Penyelamat Inggris, kepada ABC News.<br /><br />Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, penguasa militer negara itu, mengklarifikasi kabar bahwa anak-anak itu dibius sebelum dievakuasi. "Itu anxiolytic, suntikan untuk membuat mereka tidak cemas," ujarnya.<br /><br />Setiap anak ditempatkan di atas tandu yang fleksibel dan diikat erat dengan tali. Tangki oksigen diposisikan di sisinya dan pengatur pernapasan dipasang ke mulutnya. Setelah itu, tim penyelamat di "ruang sembilan" dengan hati-hati menurunkan setiap anak ke dalam air, membawanya melewati lorong-lorong gua yang sempit.<br /><br />Mayor Charles Hodges, komandan operasi Amerika untuk misi mendukung pencarian dan penyelamatan di Thailand, menyatakan, sempat menjadi tanda tanya apakah semua bocah akan berhasil keluar dari gua hidup-hidup. "Kami tahu ini sangat berisiko dengan kemungkinan keberhasilan yang kecil," katanya.<br /><br />Setelah melewati air yang dalam tempat anak-anak itu terendam hingga sampai setengah jam, mereka lantas dialihkan kepada tim penyelamat lain yang sudah menunggu. Anak-anak itu dibawa dengan diikat pada tandu, naik dan turun di jalanan gua yang licin, kadang-kadang menggunakan tali dan katrol untuk melewati jalan yang berbahaya di sepanjang rute evakuasi.<br /><br />Pada satu titik, setidaknya 30 anggota tim penyelamat membentuk semacam barikade untuk mengantar para bocah sampai ke mulut gua, tempat tim medis menunggu untuk langsung memeriksa dan mengobati mereka. Setelah itu, anak-anak tersebut langsung dilarikan ke Rumah Sakit Chiang Rai Prachanukroh. Dalam operasi penyelamatan pertama yang berlangsung 11 jam itu, empat anak bisa dikeluarkan.<br /><br />Setelah sukses melakukan operasi pertama, tim penyelamat butuh waktu sekitar 10 jam untuk mengisi ulang tabung oksigen dan melakukan persiapan ulang. Hujan yang diperkirakan datang ternyata tak turun. Ini memberi mereka kesempatan untuk memompa oksigen ke dalam gua dan mengeluarkan lebih banyak air untuk memperlancar operasi penyelamatan kedua, 9 Juli. Penyelamatan kedua dilakukan pada Senin pagi dengan metode dan tim yang sama. Perbedaannya, operasi penyelamatan kedua, yang berhasil membawa keluar empat anak, membutuhkan waktu lebih cepat satu jam.<br /><br />Keberhasilan operasi penyelamatan pertama dan kedua meningkatkan semangat tim, yang beranggotakan sekitar 1.000 orang dan dipimpin Narongsak Osottanakorn. Operasi yang terakhir adalah mengeluarkan empat anak dan pelatihnya, keesokan harinya. Salah satu anak yang akan diselamatkan adalah Chanin "Tun" Wiboonrungrueng, 11 tahun.<br /><br />Dalam surat kepada keluarganya yang ditulis setelah ia ditemukan oleh penyelam Inggris, siswa Sekolah Mae Sai Prasitsart ini mengirimkan kabar, "Ayah, Ibu, jangan khawatir. Saya baik-baik saja." Ia juga berpesan agar disiapkan ayam goreng begitu diselamatkan.<br /><br />Saat teman-teman Chanin di Sekolah Mae Sai Prasitsart mendoakan keselamatannya, tim penyelamat memulai operasinya pada pukul 10 pagi. Sekitar sembilan jam kemudian, doa para siswa itu terjawab: kelimanya keluar dengan selamat. "Hampir tidak bisa dipercaya," kata Narongsak soal keberhasilan penyelamatan ini.<br /><br />Sekitar dua jam setelah penyelamatan terakhir dan hampir semua awak keluar dari dalam gua, datang hujan badai. Pompa yang telah digunakan untuk mengeluarkan air dari gua juga rusak. Labirin bawah tanah gua kembali tergenang. "Jika saya menunggu (satu hari) lagi, saya pikir (itu) akan sangat sulit bagi kami karena hujan datang," ujar Narongsak.<br /><br />Abdul Manan (Aabc News, Guardian, Reuters, Channelnewsasia, Newscom.au)<br /><br />Majalah Tempo, 22 Juli 2018Abdul Mananhttp://www.blogger.com/profile/01022410060176384268noreply@blogger.com0