Posts

Showing posts with the label Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)

Petaka dari Protes Listrik

SUDAH tiga bulan lebih Rivanlee Anandar dan kawan-kawan menunggu. Tapi jawaban dari Kepolisian Daerah Maluku Utara tak kunjung datang. "Karena tak ditanggapi, kami kirim surat lagi," kata Rivanlee, pengurus Divisi Pembelaan Hak Asasi Manusia Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Kamis pekan lalu.

Buntut Liar Rapat Papua

RENCANA pemerintah menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia berat masa lalu melalui rekonsiliasi segera mendapat tantangan. Begitu Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengutarakan rencana itu, Senin malam pekan lalu, keluarga korban dan pegiat hak asasi kontan bereaksi.

Misteri Berkas 320 Halaman

HARIS Azhar tak terkejut lagi mendengar reaksi Sekretariat Negara atas putusan Komisi Informasi Publik tentang laporan tim pencari fakta kasus meninggalnya Munir (TPF Munir). Sekretariat Negara menyatakan tak bisa membuka laporan tim pencari fakta ke publik karena tak menyimpan arsip dokumen tersebut.

Haris: Isi Kawat Wikileaks Cermin AS Resah Kasus Munir

TEMPO Interaktif, Jakarta - Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengatakan, informasi yang dimuat dalam kawat kedutaan besar Amerika Serikat yang dibocorkan Wikileaks tentang kasus pembunuhan Munir itu sebenarnya tak banyak yang baru.

Suciwati to Meet British Parliamentarians to Discuss the Munir Case

Thursday, 11 November, 2010 | 13:07 WIB TEMPO Interactive, London: Suciwati, the wife of human right activist, Munir, who died of poisoning, is scheduled to meet with members of the British parliament in Westminster, London. This is part of the Action Committee for Munir Solidarity’s agenda in the UK. Before going to parliament, Suciwati also gave a public lecture titled "The Munir Memorial Lecture" in London, last Tuesday (November 9). The event was held by The College of Law, London, and was attended by over 100 law students.

Fighting not to Forget the Past

Peaceful “Thursday Actions” by the victims of past human rights violations have entered their 65th week. Not much has been achieved yet. THE sun was scorching as Maria Catarina Sumarsih opened a black umbrella across from the State Palace on Thursday last week. The mother of Bernardus Realino Norma Irmawan—who died during the 1998 Semanggi incident—along with 32 of her colleagues wore black shirts. There was no thundering of speeches as is usual at a demonstration. Their hopes were related through banners and umbrellas upon which were written a variety of demands calling for investigations in to past human rights violations.

Berdiam Melawan Lupa

MATAHARI menyengat ketika Maria Catarina Sumarsih membuka payung hitam di seberang Istana Negara, Kamis pekan lalu. Ibunda Bernardus Realino Norma Irmawan—korban tewas peristiwa Semanggi 1998—bersama 32 koleganya mengenakan baju hitam. Tak ada gemuruh orasi seperti layaknya demonstrasi. Aspirasi diungkapkan melalui spanduk dan payung yang bertulisan aneka tuntutan pengusutan kasus pelanggaran hak asasi.